Bisnis.com, JAKARTA - Tahun lalu tidak diragukan lagi merupakan masa yang penuh tantangan bagi industri pelayaran global.
Dimulai dengan peraturan bahan bakar baru yang menimbulkan ketidakpastian di pasar, serta dampak perang dagang Amerika Serikat-China, pasar kemudian segera diambil alih oleh dampak pandemi.
Pemilik kapal harus membayar lebih untuk bahan bakar yang lebih bersih, memperbaiki kapal dengan scrubber pengurang polusi atau bahkan memesan kapal baru. Hal yang menambah ketidakpastian adalah pandemi Covid-19 yang telah mengganggu rantai pasokan dan menghentikan arus perdagangan.
S&P Global Platts dalam laporannya bertajuk "Changing Track" pada Oktober 2020 menyatakan faktor-faktor tersebut secara bersamaan menciptakan pergolakan dan ketidakpastian jangka panjang.
"2020 telah membuktikan bahwa tidak ada yang bisa dianggap remeh," tulis S&P Global Platts Shipping.
Sementara itu dilansir Bloomberg, Senin (11/1/2021), Kepala Penelitian di pialang kapal Banchero Costa & Co. Ralph Leszczynski mengatakan sektor pembuatan kapal kemungkinan akan tetap datar selama beberapa tahun ke depan, dengan kemungkinan kebangkitan selama delapan hingga 10 tahun.
Baca Juga
"[Sebab saat itu] Kapal yang dibangun antara 2007 dan 2010 akan membutuhkan penggantian, karena sebagian besar memiliki umur sekitar 20 hingga 25 tahun," katanya.
Leszczynski juga mengatakan bahwa para pemilik kapal kekurangan uang untuk melakukan pembelian. Sebagian vesar pasar pelayaran berasal dari dekade yang relatif buruk, 2009 hingga 2019.
Dalam hal pendapatan, sebagian besar pemilik kapal tidak memiliki uang tunai yang dibutuhkan untuk membeli banyak armada baru. Pendanaan eksternal, lanjutnya, juga terbatas karena sebagian besar perbankan menghindari sektor pengapalan setelah gagal bayar 2008.
Sebut saja AP Moller-Maersk A/S, perusahaan peti kemas terbesar di dunia yang hanya memesan delapan kapal selama kuartal dua tahun lalu.
CEO Maersk Søren Skou pada paparan kinerja perusahaan November lalu mengatakan pihaknya sangat menyadari risiko teknologi untuk memesan kapal pada saat ini.
"Kami idealnya ingin mencari tahu, bahan bakar apa yang harus digunakan di masa depan dan kemudian mulai membangun kapal yang dapat didorong oleh jenis bahan bakar baru," katanya.
Rahul Kapoor, Kepala Analisis dan Penelitian Komoditas, Maritim dan Perdagangan IHS Markit, juga mengatakan pandemi yang telah menghantam kegiatan ekonomi dan rantai pasokan, membuat pesanan kapal baru menjadi prioritas terendah bagi perusahaan.
"Mereka berkonsentrasi hanya untuk mencoba mempertahankan margin keuntungan. Virus juga telah menunda penyelesaian proyek pembuatan kapal," katanya.