Bisnis.com, JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) optimistis bisa mengangkut sebanyak 65.000 penumpang sepanjang 2021. Target ini terbilang optimistis mengingat jumlah penumpang pada 2020 hanya 27.000 dan 2021 masih dibayangi pandemi Covid-19.
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar menuturkan target penumpang tersebut merupakan wujud optimisme MRT bahwa 2021 akan menjadi tahun yang lebih baik dibandingkan dengan 2020 yang menjadi tahun yang diselimuti Covid-19.
"Kami akan coba menangkap lagi dari 27.000 ke 65.000 penumpang. Transportasi publik, aman, nyaman, sehat dan sebenarnya harus digunakan agar kita sama-sama memastikan keberlanjutan lingkungan dan memastikan lingkungan kita tetap sehat ke depan," ujarnya, Selasa (5/1/2021).
Dia menyebut optimisme ini muncul dengan pertimbangan situasi akan membaik karena sudah lebih terkendalikan apalagi dengan kedatangan vaksin Covid-19 yang mulai distribusi dan disuntikkan. Dengan begitu, kondisi transportasi publik akan menjadi lebih baik dan masyarakat memiliki kepercayaan diri untuk menggunakan angkutan umum massal kembali.
"Hari-hari ini pengguna mobil tetap macet di jam-jam tertentu di Jalan Sudirman-Thamrin, tantangannya pindahkan naik mobil ke naik MRT dengan jaminan tetap aman dan tetap sehat, tidak boleh bicara, dan harus pakai masker. Jadi bagaimana kembali promosikan transportasi publik dan untuk mendorong orang naik transportasi publik yang aman, nyaman, dan sehat," urainya.
Wili menegaskan yang pertama dilakukan yakni melakukan kembali berbagai upaya promosi mendorong masyarakat, pelanggan MRT yang memiliki alternatif transportasi lain kembali menggunakan MRT.
Baca Juga
"Ada persepsi perasaan masyarakat naik mrt tidak aman, kalau lihat, naik mrt itu sangat aman, semua terjaga, mulai suhu tubuh, cek, jaga jarak pasti, jangan bicara, desinfektan, dan pengumuman, kami juga integrasi dengan transportasi online Gojek Grab, dan Perum PPD menjaga first mile dan last mile tetap tersedia," katanya.
Dia menyebut membuat target optimistis ini sebagai bagian dari upaya keluar dari krisis di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, hanya ada dua pilihan dalam krisis, yakni berkutat dengan krisis atau berusaha keluar.
"Tantangan terbesar saat ini adanya kecenderungan tak mau berinovasi, kita takut membuat perubahan, strategi ditetapkan protokol kesehatan ditegakkan, vaksin didukung, tapi semua berjalan, operasi standar internasional, perusahaan strategi bisnis beyond normal, perusahaan transportasi jadi perusahaan transformasi," paparnya.