Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Perumahan Dibatasi, Saham Bank dan Properti China 'Terbakar'

Bank-bank milik pemerintah dan bank swasta penyalur KPR harus memangkas porsi kredit perumahan.
Pemandangan Shanghai, China dari atas./Bloomberg-Qilai Shen
Pemandangan Shanghai, China dari atas./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Saham perbankan dan perusahaan properti China merosot pada Senin (4/1/2020) setelah regulator membatasi penyaluran kredit ke sektor perumahan.

Dilansir Bloomberg, Senin (4/1/2021), indeks CSI 300 Financials anjlok 1,2 persen, sedangkan saham-saham developer Shanghai turun 2,3 persen ke titik terendah dalam enam bulan terakhir.

Di bawah aturan baru tersebut, bank-bank milik pemerintah harus memangkas porsi kredit perumahan menjadi 40 persen atau di bawah 40 persen dari total pinjaman yang disalurkan.

Sementara, untuk bank khusus penyalur kredit perumahan tidak boleh lebih dari 32,5 persen dari total kredit. Bagi bank yang porsi penyaluran KPR masih melebihi batasan tersebut, diberi waktu hingga empat tahun untuk memenuhinya.

Pembatasan tersebut menyusul sejumlah kebijakan yang telah diambil oleh regulator terkait sektor properti untuk mengurangi risiko. Strategi yang sudah diterapkan dinilai kurang berhasil karena harga rumah terus naik setiap bulan, sejak pertengahan 2015.

Saham-saham bank yang terdampak aturan tersebut salah satunya Bank of Chengdu Co. yang terpangkas 8,1 persen atau yang tertinggi. Sementara, saham pengembang China Evergrande Group ditutup melemah 5,1 persen di bursa Hong Kong.

Jefferies Group LLC memprediksi bahwa China Merchants Bank akan menjadi korban paling berat dibandingkan dengan bank-bank lain karena memiliki kelebihan pinjaman yang paling besar.

Untuk informasi, pada tahun lalu, pihak pengawas sektor properti dan Bank Sentral China meminta 12 pengembang, termasuk China Evergrande Group, Sunac China Holdings Ltd. and China Vanke Co. untuk melaporkan sumber pendanaan mereka, total nilai utang, dan data bisnis setiap tanggal 15 per bulan untuk memonitor kesehatan bisnis.

Adapun, harga rumah baru di China naik 0,12 persen pada November 2020, laju paling lambat sejak Februari 2020, setelah pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan di sektor properti secara luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper