Bisnis.com, JAKARTA - Alibaba Group Holding Ltd. meningkatkan program pembelian kembali saham yang diusulkan sebesar US$4 miliar menjadi US$10 miliar.
Aksi korporasi ini bertujuan untuk menopang perusahaan yang terdampak investigasi antimonopoli yang meluas ke perusahaan internet paling kuat di negara itu.
Saham Alibaba tergelincir lebih dari 5 persen ke level terendah dalam enam bulan, pada awal perdagangan minggu ini di bursa Hong Kong.
Pemimpin e-commerce China itu mengatakan bahwa pihaknya mulai membeli kembali saham kuartal ini dan telah mengesahkan peningkatan dalam program itu, efektif selama dua tahun hingga akhir 2022.
Setelah dipuji sebagai pembawa standar pengaruh ekonomi dan teknologi China, Alibaba dan saingannya seperti Tencent Holdings Ltd. kini menghadapi tekanan dari regulator yang khawatir tentang kecepatannya mengumpulkan ratusan juta pengguna dan mendapatkan pengaruh di hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Saham Alibaba turun sekitar 30 persen dari puncaknya pada 2020, terpukul oleh pengawasan yang mendalam dan tuduhan praktik monopoli.
Beijing memulai penyelidikan antimonopoli ke Alibaba minggu lalu dan mengirim pejabat ke kantor pusatnya di Hangzhou, menandai dimulainya secara resmi tindakan keras Partai Komunis terhadap perusahaan yang menjadikan Ma sebagai pengusaha paling terkenal di negara itu.
Pada Minggu kemarin, regulator China memerintahkan raksasa online Ma lainnya, Ant Group Co. untuk kembali ke akarnya sebagai penyedia layanan pembayaran. Regulator mengancam untuk menghambat pertumbuhan bisnis pinjaman konsumen dan manajemen kekayaannya yang paling menguntungkan.
Ma, salah satu pendiri Alibaba dan Ant yang flamboyan, menghilang dari publik sejak penawaran umum perdana Ant tergelincir bulan lalu. Pada awal Desember, orang yang paling dekat dengan kebangkitan meteorik China Inc. telah disarankan oleh pemerintah untuk tetap tinggal di negara itu, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut.
Ma tidak berada di ambang kehancuran pribadi, kata mereka yang akrab dengan situasi itu. Tegurannya yang sangat terbuka bagi Alibaba dan unit bisnis lainnya malah merupakan peringatan bahwa Beijing telah kehilangan kesabaran dengan kekuatan besar dari para penguasa teknologi yang semakin dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas politik dan keuangan yang paling dihargai oleh Presiden Xi Jinping.