Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) menilai pasar lokal menjadi andalan utama kinerja tahun ini di tengah sulitnya kondisi akibat pandemi covid-19. Belum lagi saat ini ditambah dengan kelangkaan kontainer yang membuat kegiatan impor dan ekspor terhambat.
Ketua Umum Adupi Christine Halim mengatakan kondisi menjelang tutup tahun masih suram terkait masih berlangsungnya covid-19 dan adanya sampah lain yang tidak bisa didaur ulang. Sampah itu seperti sampah masker dan alat medis lainnya yang saat ini hampir digunakan setiap orang dan setiap waktu.
"Lalu ada kelangkaan kontainer yang menganggu sekali, kami sudah proyeksi tahun ini kinerja industri daur ulang minus," katanya kepada Bisnis, Senin (21/12/2020).
Christine mengemukakan untuk itu saat ini pelaku industri daur ulang hanya bisa bergantung dari permintaan lokal. Meski di sini masih juga menemui tantangan di mana daya beli yang memengaruhi uang berdar turun di masyarkat.
Menurut Christine, sejumlah strategi produsen sebagai bahan baku lokal dan meningkatkan collection di pasar lokal. Selain itu, sebisa mungkin meningkatkan penjualan dipasar lokal karena pasar negara lain bermasalah dengan kontainer.
"Demand lokal yang paling masih bisa diandalkan tentu dari kebutuhan sehari-hari seperti perusahaan saya yang mendaur ulang pet botol menjadi isi dari bantal, guling, hingga kasur," ujarnya.
Baca Juga
Sisi lain, pengumpulan bahan baku selama pandemi turun lebih dari 50 persen pada periode yang sama tahun lalu karena rendahnya kegiatan masyarakat di luar rumah yang menjadikan samah berkurang. Alhasil, asosiasi meramalkan volume produksi pada 2020 akan anjlok setidaknya 50 persen dibandingkan realisasi 2019.
Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) mendata industri daur ulang berkontribusi sekitar 1 juta ton per tahun dalam memasok bahan baku industri plastik. Dengan kata lain, industri daur ulang maksimal hanya mampu memasok sekitar 500.000 ton hingga akhir 2020.