Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eksportir Harap Mendag Baru Perkuat Diplomasi Perdagangan

Jabatan sebagai menteri perdagangan bukan kali ini saja diemban oleh Muhammad Lutfi. Dia tercatat pernah memegang posisi ini pada era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014.
Presiden Jokowi mengumumkan reshuffle kabinet Indonesia Maju 2020. - Biro Kepresidenan RI
Presiden Jokowi mengumumkan reshuffle kabinet Indonesia Maju 2020. - Biro Kepresidenan RI

Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) berharap calon menteri perdagangan Muhammad Lutfi dapat meningkatkan diplomasi perdagangan. Dengan demikian, akses ekspor Indonesia ke depannya dapat meningkat.

“Harapan kami diplomasi perdagangan terus didorong sehingga akses pasar terjaga. Terutama ke Amerika Serikat, negara-negara Eropa, China dan Turki,” kata Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno kepada Bisnis, Selasa (22/12/2020).

Sebagai sosok yang telah lama berkecimpung di sektor perdagangan, Benny menilai Lutfi tidak perlu banyak berbulan madu menghadapi jabatan barunya di Kementerian Perdagangan. Lutfi pun dipandang sebagai sosok yang kompeten karena telah mengambil sejumlah langkah signifikan di kariernya terdahulu.

“Walau baru saja menjabat sebagai Dubes RI untuk AS, beliau sudah melakukan pendekatan dengan USTR untuk mengusahakan penurunan bea masuk Indonesia ke AS,” kata Benny.

Jabatan sebagai menteri perdagangan bukan kali ini saja diemban oleh Muhammad Lutfi. Dia tercatat pernah memegang posisi ini pada era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014. Dia pun pernah menjabat sebagai Kepala BKPM dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad berpendapat pekerjaan rumah untuk sektor perdagangan nantinya adalah pada upaya pemulihan perdagangan dalam negeri yang belum banyak disentuh selama pandemi.

Dia berpandangan bahwa pemulihan perdagangan domestik memiliki peran penting karena kontribusinya lebih besar dibandingkan perdagangan luar negeri. 

“Menurut saya PR terberatnya bukan dari ekspor impor karena dipengaruhi kondisi global. Yang perlu dibenahi adalah sisi di dalam negeri, bagaimana demand digenjot dan pelaku usaha diakomodasi. Saya lihat tidak banyak insentif yang diberikan ke pelaku usaha dalam negeri, seperti mal misalnya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper