Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Hentikan Subsidi Pariwisata di Tengah Penyelidikan Kasus Korupsi

Pihak berwenang sedang menyelidiki dugaan korupsi dan penyuapan dalam program "We Travel Together" yang menawarkan hingga 40 persen subsidi untuk penyewaan kamar hotel dan tiket.
Para pedemo pro-demokrasi memadati jalan saat aksi protes antipemerintah, pada peringatan 47 tahun pemberontakan mahasiswa tahun 1973, di Bangkok, Thailand, Rabu (14/10/2020)./Antara-Reuters
Para pedemo pro-demokrasi memadati jalan saat aksi protes antipemerintah, pada peringatan 47 tahun pemberontakan mahasiswa tahun 1973, di Bangkok, Thailand, Rabu (14/10/2020)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Thailand menangguhkan program subsidi perjalanan domestiknya menjelang puncak musim liburan untuk menyelidiki dugaan korupsi dana segar untuk industri pariwisata yang terpukul pandemi.

Menurut Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand Yuthasak Supasorn, pihak berwenang sedang menyelidiki dugaan korupsi dan penyuapan dalam program "We Travel Together" yang menawarkan hingga 40 persen subsidi untuk penyewaan kamar hotel dan tiket.

Platform online untuk pendaftaran program kemungkinan akan beroperasi kembali pada pekan depan atau setelah tahun baru.

Program subsidi perjalanan telah berhasil mendongkrak tingkat hunian di hotel-hotel lokal yang dilanda penghentian perjalanan global akibat pandemi virus Corona.

Program ini membantu meningkatkan tingkat hunian rata-rata menjadi 34 persen pada Oktober, naik dari satu digit pada April lalu.

Yuthasak melanjutkan, rencana untuk menawarkan tambahan 1 juta kamar dengan tarif bersubsidi kepada para pelancong telah ditunda. Wisatawan lokal sebelumnya ditawari 5 juta kamar di bawah program yang dimulai pada 18 Juli.

Thailand bertaruh pada kebangkitan industri pariwisatanya untuk keluar dari resesi, dengan bank sentral memperkirakan mungkin dibutuhkan setidaknya dua tahun bagi ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara untuk kembali ke tingkat pertumbuhan sebelum pandemi.

Kedatangan turis asing menghasilkan pendapatan lebih dari US$60 miliar dari sekitar 40 juta pengunjung pada 2019.

Sementara itu, Thailand telah melonggarkan beberapa pembatasan masuknya turis asing, industri tersebut telah berjuang untuk menarik pengunjung karena pihak berwenang telah mempertahankan karantina wajib selama 14 hari pada saat kedatangan di tengah lonjakan infeksi yang dikonfirmasi di seluruh dunia.

Sebagian besar pembatasan telah dicabut untuk memungkinkan bisnis kembali dibuka sepenuhnya. Namun pemerintah mempertahankan keadaan darurat nasional untuk mencegah kebangkitan kembali pandemi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper