Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah menunggu harga minyak mentah dunia membaik untuk menerapkan teknologi enhanced oil recovery di lapangan-lapangan minyak dan gas bumi.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan bahwa penerapan teknologi adalah sebagai salah satu tahapan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan produksi siap jadi atau lifting minyak 1 juta barel pada 2030.
Penerapan teknologi dalam industri migas adalah EOR. Namun, penerapan teknologi EOR sangat tergantung pada situasi harga minyak dunia dan cadangan minyak di suatu lapangan migas.
Menurutnya, pemerintah telah mengidentifikasi beberapa lapangan yang berpotensi diterapkan teknologi EOR.
"Kami sedang menunggu harga minyak cukup baik untuk menerapkan EOR," katanya dalam sebuah webinar, Senin (14/12/2020).
Selain penerapan teknologi, tahapan lain yang dilakukan pemerintah dalam mencapai target 1 jutal barel minyak pada 2030 adalah mempercepat reserve to production. Pemerintah melalui SKK Migas telah memiliki daftar proyek yang bakal dikebut.
Baca Juga
Ego mengatakan bahwa di antara proyek-proyek tersebut terdapat empat proyek strategis nasional (PSN) yang prosesnya tengah digenjot yakni proyek Jambaran Tiung Biru, proyek IDD, proyek Tangguh Train 3, dan proyek Blok Masela.
"Karena industri migas ini tahapan eksplorasi, eksploitasi, dan dalam skala komersial itu skalanya cukup panjang, tugas kami adalah mempercepat proses ini," jelasnya.
Ego menambahkan bahwa tahapan lainnya yang ditempuh pemerintah adalah melakukan kegiatan eksplorasi secara masif. Pasalnya, dari 128 cekungan yang dimiliki Indonesia, baru sekitar 20 cekungan—30 cekungan terbukti yang telah diproduksi.
Menurutnya, masih terdapat sekitar 68 cekungan yang belum pernah dieksplorasi hingga saat ini. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk mengumpulkan data-data seismik tersebut.
"Nah ini tentunya target dari pada kita melakukan eksplorasi secara masif, bagaimana kita melakukan eksplorasi secara masif tentunya kita melakukan survei seismik," ungkapnya.