Bisnis.com, JAKARTA - Langit yang lebih cerah untuk industri perjalanan dan pariwisata mungkin menanti di depan mata pada 2021 seiring penemuan vaksin. Tetapi, hal itu masih bersifat relatif.
Boston Consulting Group memprediksi bahwa perjalanan tidak akan pulih ke level 2019 hingga 2023 atau 2024. Kepala Perjalanan dan Pariwisata Boston Consulting Group Jason Guggenheim mengatakan tantangan terbesarnya adalah mengembalikan kepercayaan konsumen yang menjadi dorongan utama industri ini.
Terlepas dari ketersediaan vaksin atau terapi virus Corona, gelombang kedua atau ketiga, dan kemanjuran protokol keselamatan, industri tidak akan pulih sepenuhnya sampai wisatawan dan penyedia layanan mengembalikan kepercayaan psikologis masing-masing.
Terlebih, para pakar kesehatan telah memperingatkan akan ada ketimpangan distribusi vaksin yang berisiko memperpanjang pandemi jika negara-negara tidak berkoordinasi untuk pemerataan.
Dia menjelaskan tren berlibur di masa pandemi akan berubah menjadi bepergian dalam jarak dekat.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa di seluruh demografi, orang masih merindukan pengalaman unik yang diberikan oleh perjalanan," katanya dilansir Bloomberg, Minggu (13/12/2020).
Baca Juga
Sebaliknya, perjalanan jarak jauh akan membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali. Hal itu berarti akan ada peningkatan pada perjalanan domestik. Safari ke pulau-pulau pribadi atau naik kapal pesiar dengan risiko baru yang signifikan akan terhenti, paling tidak untuk sementara waktu.
Selain itu, sekitar 60 persen dari wisatawan yang disurvei menyatakan dibutuhkan vaksin agar perjalanan bisa dilanjutkan kembali.
Guggenheim berharap efektivitas vaksin terhadap industri pariwisata dapat mulai dirasakan pada musim panas tahun depan. Jika tidak, tidak hanya dampak finansial yang akan kembali memukul industri ini, tetapi juga guncangan psikologis.
Musim puncak perjalanan itu bisa menjadi momen penting di mana perusahaan perjalanan mungkin perlu mencari perlindungan kebangkrutan atau mempertimbangkan cara lain untuk melindungi likuiditas.
"Musim panas yang turun pada 2021 akan berdampak buruk pada psikologis tenaga kerja, yang kemungkinan akan melewatkan dua musim panas tanpa melakukan operasi terbaiknya. Ini memang untung-untungan finansial, tapi juga psikologis," ujarnya.
Dia melanjutkan, saat ini industri membutuhkan sinyal normalitas apa pun. Perubahan langkah apa pun akan terasa sangat penting secara psikologis bagi industri secara keseluruhan.