Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Ayam Masih Tinggi, Peternak Minta Pemerintah Tetap Kendalikan Produksi

Peternak meminta pemerintah memperpanjang Surat Edaran (SE) yang memotong pasokan agar harga pokok produksi (HPP) tetap dapat terjaga.
Pedagang daging ayam./Antara-Zabur Karuru
Pedagang daging ayam./Antara-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA - Peternak ayam broiler meminta pemerintah tetap menjaga permintaan dan pasokan ayam potong agar harga di tingkat peternak dapat tetap terjaga.

Peternak meminta pemerintah memperpanjang Surat Edaran (SE) yang memotong pasokan agar harga pokok produksi (HPP) tetap dapat terjaga.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mengeluarkan aturan mengenai pengurangan pasokan yang agresif di hulu melalui Cutting Hatching Egg (HE) dan afkir dini Parent Stock (PS), sehingga jumlah final stock ayam dapat berkurang drastis.

Penerbitan Surat Edaran Cutting HE dan Afkir Dini PS yang dilakukan sejak akhir Agustus oleh Ditjen PKH telah menunjukkan hasil dan membuat harga ayam merangkak naik, terlebih implementasi kebijakan dilakukan dengan lebih baik dimana pemerintah melakukan cross-monitoring dalam setiap pelaksanaan cutting, memberi teguran hingga memberi sanksi kepada perusahaan yang melanggar.

Dengan implementasi pengurangan supply yang baik ini, harga ayam ditingkat peternak sudah membaik sesuai dengan acuan harga yang ditetapkan kementrian perdagangan yakni Rp19.000--Rp21.000 per kilogram.

Peternak Ayam Mandiri asal Jawa Timur, Kholik menuturkan pemerintah harus melanjutkan kebijakan pengendalian pasokan ayam broiler agar harga di tingkat peternak dapat tetap terjaga.

Menurutnya, harga yang saat ini berlangsung sudah cukup baik karena hasil dari pelaksanaan SE Cutting dan Afkir Dini yang dikeluarkan sejak Agustus 2020.

"Perlakuan SE sangat tepat, dalam jangka pendek pemerintah wajib mengeluarkan SE lagi sampai Februari karena mengingat jumlah doc (day old chick) masih kelebihan."

Dalam jangka panjang, dia menuturkan pemerintah harus dapat mengontrol  impor Grand Parent Stock (GPS) ayam sesuai dengan permintaan atau sejumlah maksimal 680.000 ekor dan mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang isinya sesuai dengan Permentan 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Lebih lanjut, bagi pabrikan yang tidak patuh SE terangnya, harus dihentikan izin impor GPS dan ditahan izin impor bahan bakunya. Hal ini guna memberikan efek jera terhadap pelaku dan menghilangkan kebiasaan melecehkan SE pemerintah.

Selain itu, Kholik meminta Pemerintah wajib membuka data Setting Hatching Record (SHR) dan data potensi doc pada 2021 dibuat per bulannya. Pasalnya, kedua data ini sangat dibutuhkan peternak guna mengendalikan produksi sedari dini.

Terkait dampak Covid-19 terhadap peternak ayam broiler katanya, pemerintah dapat membantu meningkatkan permintaan ayam broiler yang saat ini tengah turun. Langkah yang dapat diambil yakni dengan memberikan bantuan sosial berupa daging ayam. Hal ini tentu dapat meningkatkan permintaan ayam broiler.

Senada, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Singgih Januratmoko menuturkan daya beli masyarakat terhadap ayam broiler masih stagnan dan baru pulih antara 50 persen-60 persen.

"Kondisi over supply masih terjadi sedemikian besar karena impor GPS pada 2018 terlalu banyak. Selain itu, secara daya beli masyarakat masih stagnan baru pulih 50 - 60 persen," paparnya.

Lebih lanjutnya, kelebihan pasokan ayam di dalam negeri tersebut tidak serta merta dapat membuat ayam-ayam ini dapat diekspor. Pasalnya, harga daging ayam asal Indonesia belum dapat bersaing dengan daging dari luar negeri.

Singgih menyayangkan dengan kelebihan suplai ayam broiler sebenarnya Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara yang dapat mengekspor produk ayam, tetapi salah satunya karena harga bahan baku pakan yang terlalu tinggi membuat HPP turut membengkak jadinya tidak dapat bersaing secara internasional.

"Pemerintah saat ini harus terus menjaga produksi sesuai antara suplai dan permintaan masyarakat. Kelebihan suplai saat ini dapat diantisipasi dengan melakukan cutting HE dan afkir dini PS," papar Singgih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper