Bisnis.com, JAKARTA — Engie, perusahaan energi multinasional asal Prancis, akan mengembangkan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) dengan total kapasitas sekitar 2.700 megawatt (MW) di Indonesia.
Total proyek yang sudah dalam rencana perusahaan tersebut terdiri atas 1.500 MW proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA), 300 MW pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), 400 MW pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala besar, 400 MW pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), dan 100 MW PLTS on site.
"Ya, kami memiliki big project pipeline, sekitar 2 GW. PLTA kebanyakan di Kalimantan dan Sumatra. Kemudian ada proyek PLTS dan beberapa proyek PLTB. Semua proyek ini nilai investasinya sekitar US$4 miliar—US$5 miliar," ujar President Director Engie Energy Indonesia David Cullerier dalam webinar Indonesia Energy Transition Dialogue 2020, Selasa (8/12/2020).
Saat ini, proyek pembangkit Engie di Indonesia yang telah berjalan mencapai 175 MW. Total kapasitas tersebut berasal dari PLTP Muara Laboh di Sumatra Barat dengan kapasitas 85 MW yang telah beroperasi sejak Desember 2019 dan PLTP Rantau Dedap 90 MW di Sumatra Selatan yang masih dalam tahap kontruksi.
David menuturkan bahwa Engie saat ini juga dalam tahap diskusi dengan PT PLN (Persero) untuk mengekspansi PLTP Muara Laboh fase 2 sebesar 63,7 MW.
Dia menilai Indonesia cukup menarik untuk investasi EBT dengan potensi EBT yang cukup besar meski diakuinya tidak mudah dari sisi regulasi.
Baca Juga
Di samping itu, dia juga masih optimistis pengembangan EBT di Indonesia masih prospektif meski akibat pandemi Covid-19 konsumsi listrik mengalami penurunan.
"Covid merupakan fenomena yang memberikan dampak pada 2020, tapi potensi EBT di Indonesia masih tetap dan kesulitan di regulasi masih tetap. [Saya] berharap Perpres EBT segera diterbitkan sehingga pengembangan EBT akan benar-benar terdorong," katanya.