Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BKF Beberkan Tantangan Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa target ambisius yang dicanangkan pemerintah itu harus menghadapi sejumlah tantangan yakni mulai dari harga, kepastian regulasi, insentif dalam investasi proyek, hingga sumber pendanaan.
Suasana instalasi panel surya dari ketinggian di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (27/8/2020). Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya ini sebagai upaya mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien. Bisnis/Himawan L Nugraha
Suasana instalasi panel surya dari ketinggian di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (27/8/2020). Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya ini sebagai upaya mendukung penggunaan energi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien. Bisnis/Himawan L Nugraha


Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan menyebut pentingnya peran insentif dalam pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia guna mencapai target bauran energi hijau sebesar 23 persen pada 2025.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa target ambisius yang dicanangkan pemerintah itu harus menghadapi sejumlah tantangan yakni mulai dari harga, kepastian regulasi, insentif dalam investasi proyek, hingga sumber pendanaan.

Fabrio mengatakan, pihaknya menyadari pengembangan energi fosil masih lebih murah dibandingkan dengan pengembangan EBT di dalam negeri.

"Untuk itu mekanisme insentif, regulasi harga, dan pendanaan menjadi sangat krusial untuk meningkatkan investasi dalam sektor EBT," katanya dalam Indonesia EBTKE ConEx 2020, Jumat, (27/11/2020).

Dia memaparkan, terdapat sejumlah hal penting yang bisa mendorong pengembangan sektor EBT di Tanah Air seperti insentif berupa tax holiday, tax allowence, pajak lahan dan bangunan.

Menurut dia, insentif pajak itu bisa menjadi katalis untuk investor masuk untuk menanamkan modalnya di sektor EBT dalam negeri.

"Insentif dalam pengembangan EBT dan kami sedang mengidentifikasi insentif energi terbarukan dari karbon kredit," jelasnya.

Dalam pengembangan panas bumi, kata Fabrio, pada saat ini yang terpenting adalah pemerintah hadir dalam meminimalisir risiko pada kegiatan eksplorasi bagi para pengembang.

Fabrio mengatakan, dengan adanya pembagian risiko, diharapkan mengurangi tingkat kegagalan eksplorasi dan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan pada akhirnya meningkatkan investasi pada sektor panas bumi.

"Jadi pengembang geothermal tidak lagi perlu takut dari kerugian pada saat eksplorasi," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper