Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontainer Langka, Industri Petrokimia Keteteran

Industri petrokimia menilai kondisi arus logistik internasional yang sedang bermasalah akibat kelangkaan kontainer memberikan sisi positif dan negatif untuk pelaku usaha dalam negeri.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA — Industri petrokimia menilai kondisi arus logistik internasional yang sedang bermasalah akibat kelangkaan kontainer memberikan sisi positif dan negatif untuk pelaku usaha dalam negeri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan kontainer yang langka ini sudah terjadi sekitar dua bulan atau sejak akhir Oktober. Untuk itu, jika sampai Februari 2021 belum terselesaikan maka dipastikan akan membawa masalah besar bagi industri.

"Ada plus minus, sekarang yang hilir biasa pakai bahan impor jadi beralih kami cukup keteteran karena seperti elektro saja utilisasi sudah di ata 100 persen, sedangkan otomotif yang masih sulit karena dari Jepang tidak bisa masuk ke sini," katanya kepada Bisnis, Selasa (8/12/2020).

Sisi lain, industri juga ketar-ketir jika kondisi ini akan sesuai proyeksi Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) yang mengatakan akan terurai hingga Maret 2021. Pasalnya, sejumlah bahan baku aditif masih harus didatangkan secara impor.

Menurut Fajar, umumnya industri memiliki stok untuk enam bulan produksi. Namun, dengan kondisi bahan baku yang sulit saat ini pelaku usaha umumnya akan menambah stok hingga untuk 10 bulan produksi. Artinya, akan ada penambahan modal kerja yang harus dialokasikan untuk kegiatan stok tambahan tersebut.

"Secara utilisasi kami masih belum tereganggu mungkin setelah Februari ke April nanti akan terasa, karena April banyak yang shutdown makanya kami masih akan lihat akan tambah parah atau seperti apa persoalan kontainer ini," ujar Fajar.

Sementara itu, Fajar pun memastikan khusus untuk kemasan makanan yang berbahan baku lokal saat ini masih aman.

Inaplas mencatat rerata utilisasi di hulu saat ini sudah sekitar 85 persen karena olefin sudah 95 persen. Namun, karena tekstil belum naik di aromatik utilisasi hanya sekitar 60 persen. Alhasil, dengan sedikit penguatan Inaplas optimistis tahun ini akan mencapai pertumbuhan di minus 2,5 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper