Bisnis.com, JAKARTA - Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) menyatakan 2020 sebagai tahun dengan tantangan besar. Pasalnya, kondisi oversupply di pasar membuat pemesanan pembangunan kapal sepanjang tahun ini hampir tidak ada.
Ketua Umum Iperindo Edy K.Logam mengatakan selain oversupply, perusahaan pelayaran nasional cenderung membeli kapal bekas lantaran membangun kapal baru. Edy menilai hal tersebut disebabkan oleh kesulitan pembiayaan.
"Pihak pelayaran cenderung membeli kapal bekas dari luar negeri, karena mereka kesulitan mendapatkan long term financing," katanya kepada Bisnis, Selasa (8/12/2020).
Dari sisi reparasi kapal, Edy menilai ada peningkatan utilisasi pada kuartal IV/2020. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh penekanan tersedianya ruang docking pada regulator.
Edy mengharapkan agar pemerintah menciptakan program pembangunan kapal baru. Saat ini TKDN dalam pembangunan kapal baru berada di level 35 persen. Angka tersebut ditargetkan naik ke posisi 50 persen pada 2025.
Sekretaris Jenderal Iperindo Askan Naim menilai harus ada terobosan pemerintah yang menetapkan bahwa industri galangan kapal merupakan bagian dari infrastruktur kemaritiman nasional. Dengan demikian, pemerintah dapat mengeluarkan anggaran rutin dalam pembangunan kapal.
Baca Juga
"Sepanjang negara tidak hadir memberikan anggaran rutin pembangunan kapal, kami tidak bisa bermimpi jadi pemain di tingkat regional, apalagi bicara global," ucapnya kepada Bisnis.
Askan menghitung setidaknya industri galangan kapal membutuhkan anggaran sekitar Rp20 triliun-Rp25 triliun agar terus mencatatkan pertumbuhan positif. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan kesempatan pada industriwan galangan kapal swasta agar anggaran tersebut teroptimalisasi.