Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penunjukkan Janet Yellen sebagai Menkeu AS Tanda Kebijakan Agresif Biden

Penunjukkan Yellen oleh Biden dikonfirmasi oleh orang-orang yang mengetahui masalah tersebut dan diperkirakan akan diumumkan pekan depan.
Mantan Gubernur Federal Reserve Janet Yellen./Reuters-Jonathan Ernst
Mantan Gubernur Federal Reserve Janet Yellen./Reuters-Jonathan Ernst

Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan Janet Yellen sebagai menteri keuangan oleh Presiden terpilih Joe Biden mengisyaratkan bahwa ia berencana untuk bertindak agresif untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar dunia itu.

Penunjukkan Yellen oleh Biden dikonfirmasi oleh orang-orang yang mengetahui masalah tersebut dan diperkirakan akan diumumkan pekan depan.

Di bawah kendali Yellen, Departemen Keuangan AS akan siap untuk mengikuti kebijakan Gubernur Fed Jerome Powell tentang suku bunga yang lebih rendah untuk jangka panjang dengan pengeluaran pemerintah yang diperpanjang dan ekspansif.

Sementara itu, penunjukkannya disambut gembira oleh Wall Street

Yellen pasti akan diuji dalam dengar pendapat di Senat. Kelompok konservatif akan meminta pandangannya tentang pengeluaran stimulus, serta posisinya yang tidak terlalu konfrontatif terhadap China, sebuah negara yang dipandang oleh banyak Republikan sebagai musuh ekonomi.

Yellen diketahui tidak memiliki pengalaman dalam menyusun undang-undang dengan Kongres. Dia juga tercatat tidak melakukan apa pun untuk mendekati anggota parlemen saat menjabar Gubernur Fed.

Begitu menjabat, Yellen diperkirakan akan mencari titik temu antara Fed dan Departemen Keuangan, dua institusi di garis depan krisis ekonomi.

Menteri Keuangan Trump Steven Mnuchin mengatakan pekan lalu membuka keretakan antara dua lembaga itu ketika dia menolak untuk memperpanjang beberapa program pinjaman krisis Fed yang dibuat oleh Cares Act, stimulus yang ditandatangani menjadi undang-undang awal tahun ini.

Fed mengatakan pihaknya menentang penghentian program tetapi setuju untuk mengembalikan ratusan miliar dolar uang cadangan ke Departemen Keuangan, di mana Mnuchin ingin Kongres menggunakannya untuk kepentingan lain.

Yellen terlihat akan membalikkan langkah itu awal tahun depan, setelah kampanye Biden mengkritik keputusan Mnuchin.

"Alih-alih disonansi dan jeda yang kita lihat baru-baru ini antara Departemen Keuangan dan The Fed, ini adalah persatuan front, tetapi front yang bersatu ke arah yang benar," kata Diane Swonk, kepala ekonom di Grant Thornton, dilansir Bloomberg, Selasa (24/11/2020).

Para pemimpin kedua lembaga tersebut memiliki sejarah kerja yang sama selama bertahun-tahun di antara mereka, yang dapat memperlancar upaya mendukung pemulihan yang rapuh dari pandemi.

Powell bertugas di dewan Fed sebagai gubernur ketika Yellen menjabat, kemudian menggantikannya ketika Trump memilihnya untuk jabatan puncak Fed.

Yellen merupakan seorang ahli makroekonomi teliti yang mengkhususkan diri dalam studi pasar tenaga kerja. Baru-baru ini dia mengatakan kebijakan suku bunga yang lebih rendah untuk jangka panjang Fed harus bertepatan dengan pengeluaran pemerintah yang lebih besar.

"Sementara pandemi masih sangat mempengaruhi perekonomian, kami perlu melanjutkan dukungan fiskal yang luar biasa, tetapi bahkan lebih dari itu saya pikir itu akan diperlukan. Kita bisa memiliki lebih banyak utang karena suku bunga mungkin akan rendah untuk tahun-tahun mendatang,” kata Yellen pada 19 Oktober lalu.

Sebelum dia dapat memperbaiki hubungan dengan The Fed dan menegosiasikan stimulus, Yellen diperkirakan akan menuai kritik dari Partai Republik atas komentar masa lalunya tentang kebijakan perdagangan China.

Selama sidang kongres 2018 sebagai Gubernur Fed, Yellen mengatakan China tidak bisa disalahkan atas defisit perdagangan besar AS di seluruh dunia.

"Saya tidak melihat praktik perdagangan yang tidak adil di China, atau di mana pun di dunia, sebagai penyebab defisit perdagangan AS," katanya saat itu.

Namun, Yellen memiliki pengalaman luas berurusan dengan pejabat ekonomi China sejak menjabat sebagai Gubernur Fed, ketika menghadiri pertemuan G20.

"Gaya Yellen yang bersahaja tidak boleh disalahartikan sebagai kurangnya kecerdasan politik atau kelembutan dalam negosiasi," kata Eswar Prasad dari Cornell University.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper