Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom mencatat pelemahan kinerja penjualan semen pada 10 bulan tahun ini menjadi yang terendah selama 10 tahun ini.
Sejauh ini, penjualan semen year-to-date sampai dengan Oktober 2020 terkontraksi 9,8 persen. Adapun pada periode Januari-Oktober 2019 berkontraksi 1,03 persen. Alhasil, angka ytd periode 2020 merupakan terendah selama 10 tahun terakhir.
Departement Head Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani memproyeksi penjualan semen domestik pada 2020 terkontraksi 8,5-11,6 persen pada tahun ini. Kendati pada periode dua bulan terakhir ini dinilai penjualan akan lebih baik.
"Kami perkirakan penjualan semen November-Desember akan sedikit membaik seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi termasuk di sektor kontruksi terutama akibat percepatan belanja pemerintah," katanya melalui siaran pers, Kamis (19/11/2020).
Dendi mengemukakan periode libur panjang akhir tahun sejak 24 Desember 2020 sampai dengan 1 Januari 2021 bisa menjadi faktor yang menekan kinerja pertumbuhan penjualan semen.
Penjualan semen domestik Oktober 2020 sebesar 6,23 juta ton, atau tumbuh 0,9 persen dibanding September 2020. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pun mencatatkan kinerja peningkatan penjualan periode bulanan tersebut meneruskan tren positif sejak titik terendah pada Mei 2020 dengan penjualan yang hanya 3,15 juta ton.
Baca Juga
Sebagai informasi, angka tertinggi penjualan semen domestik pada 2019 terjadi di Oktober yang tercatat sebesar 7,35 juta ton dan terendah terjadi di Juni sebesar 3,76 juta ton.
"Namun demikian, secara tahunan penjualan semen domestik pada Oktober 2020 terkontraksi 15,2 persen, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi September 2020 sebesar 9,2 persen. Hal itu akibat high base effect akibat penjualan yang tinggi pada Oktober 2019," ujar Dendi.
Berdasarkan wilayah secara bulanan, beberapa pulau mengalami pertumbuhan penjualan positif, yaitu Maluku-Papua tumbuh sebesar 12,6 persen, diikuti oleh Sumatera (2,2 persen), Sulawesi (1,2 persen) dan Jawa (0,8 persen).
Namun secara tahunan, pertumbuhan penjualan semen di Jawa paling terkontraksi yaitu -19,2 persen, diikuti Sulawesi (-16,0 persen) dan Sumatera (-5,5 persen). Hanya di Maluku-Papua penjualan semen tumbuh positif secara year-on-year yakni sebesar 24,3%.
Sementara itu, penjualan semen di Bali-Nusa Tenggara dan Kalimantan pada Oktober 2020 susut secara bulanan maupuan tahunan. Bali-Nusa Tenggara dan Kalimantan susut masing-masing 7,3% mom dan 0,9% mom dan masing-masing susut 24,9% yoy dan 14,1% yoy.
Sisi lain, ekspor semen juga terkontraksi pada Oktober 2020. Secara bulanan, ekspor semen pada Oktober 2020 terkontraksi 8,7 persen, dengan volume ekspor menurun menjadi 1,07 juta ton pada Oktober 2020 dari 1,17 juta ton pada September 2020.
Namun, secara tahunan ekspor semen pada Oktober 2020 tumbuh 62,0 persen. Secara kumulatif, ekspor semen pada Oktober 2020 tumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 49,6 persen yoy, sementara pada Oktober 2019 tumbuh 15,0 persen.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan estimasi sampai dengan akhir tahun permintaan semen dalam negeri turun 8-10 persen secara tahunan. Namun, karena ekspornya naik, total produksi hanya akan minus 5-6 persen secara tahunan.