Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan rumah baru oleh pengembang swasta anjlok 51,7 persen pada Oktober dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menghentikan laju pembelian selama 5 bulan beruntun setelah pembatasan baru diberlakukan pada penerbitan kembali opsi untuk membeli (OTP).
Pembeli hanya mengambil 642 unit pada Oktober dari level tertinggi lebih dari 2 tahun di 1.329 unit pada September, menurut angka dari Urban Redevelopment Authority (URA).
Penjualan rumah yang dibangun pengembang swasta turun 31,1 persen yoy dari 932 unit dibandingkan dengan Oktober tahun lalu.
Angka-angka dari URA pada itu tidak termasuk unit kondominium eksekutif, yang merupakan hibrida perumahan publik-swasta.
Aturan baru yang diberlakukan pada 28 September oleh URA membatasi pengembang untuk menerbitkan kembali OTP kepada pembeli yang sama dari unit yang sama dalam waktu 12 bulan setelah OTP sebelumnya berakhir.
Mereka juga dilarang memberikan perjanjian di muka kepada pembeli untuk menerbitkan kembali OTP.
Baca Juga
Langkah ini bertujuan membatasi praktik pasar properti yang diyakini telah menggembungkan angka penjualan rumah swasta, sekaligus mendorong kehati-hatian finansial dalam pembelian rumah di tengah kemerosotan ekonomi Covid-19 dan iklim ketenagakerjaan yang tidak menentu.
Penerbitan ulang OTP mengacu pada pengaturan yang dibuat beberapa pembeli rumah swasta dengan pengembang, melalui agen properti, untuk terus menerbitkan kembali OTP setelah kedaluwarsa tanpa kehilangan biaya pemesanan.
Dulu, ini bisa dilakukan hingga setahun, bahkan hingga 18 bulan, sejak tanggal OTP pertama. Idenya adalah memberi waktu kepada pembeli, misalnya, untuk menjual rumahnya yang sudah ada.