Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memeriksa Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek di Stasiun Harjamukti, Cibubur.
Dalam pemeriksaan itu, Budi mengecek ruang kendali uji coba sistem persinyalan atau Backup Operating Control Center (BOCC).
Kereta ringan ini sendiri akan dijalankan secara otomatis. Kecepatan yang digunakan rata-rata 40 kilometer per jam. Headway atau waktu tunggu antar kereta 3-6 menit, sehingga waktu tempuh dari Cibubur sampai ke Dukuh Atas sepanjang 26 km dijangkau selama 39 menit.
Sedangkan, waktu tempuh dari Bekasi Timur sampai ke Dukuh Atas sepanjang 30 Km akan ditempuh selama 45 menit.
Jalur LRT Jabodetabek sendiri akan terbagi dalam tiga segmen besar yakni lintas Cawang – Cibubur, Cawang – Dukuh Atas, dan Cawang – Bekasi Timur, dengan total panjang jalur sepanjang 44,43 Km yang melintasi 17 stasiun.
Menteri Budi menyebutkan LRT Jabodetabek tahap I ini pengerjaannya sudah mencapai 79 persen. Perinciannya hingga 6 November 2020, progres pembangunan Lintas Cawang-Cibubur sudah 91,779 persen, Lintas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 75,162 persen, dan Lintas Cawang-Bekasi Timur 72,983 persen.
Mantan Direktur Utama BUMD Jakpro itu menyebutkan Indonesia mampu membangun transportasi perkotaan yang bermutu tinggi seperti LRT Jabodebek.
"Kenapa Presiden Jokowi ingin di kota besar harus ada angkutan massal, yakni agar ada satu standar tertentu di mana banyak masyarakat dapat menggunakan angkutan massal dengan layanan yang baik. Pembangunan ini juga harus selesai tepat waktu dan dilaksanakan dengan patuhi protokol kesehatan," ujarnya, Minggu (15/11/2020).
Ia mengharapkan masyarakat di sekitar stasiun dapat beralih ke LRT sehingga mengurangi kemacetan dan lebih ramah lingkungan.
Proyek pembangunan LRT Jabodebek sendiri disebutkan dilengkapi dengan teknologi U-Shaped Girder. Ini merupakan teknologi girder berbentuk U yang diadaptasi dari Systra Perancis karena desainnya yang ramping, menyesuaikan dengan ketersediaan ruang di Jakarta.
Kereta dengan rangkain pendek ini juga mengadopsi Lead Core Rubber Bearing (LRB) yang merupakan pengembangan dari Elastomeric Bearing (EB) untuk mengisolasi struktur jembatan dari pergerakan tanah akibat gempa.
LRT Jabodetabek juga menerapkan Clamping Device. Teknologi ini menjaga posisi lateral rel namun tetap membebaskan gerakan longitudinal yang terjadi. Sedangkan sitem sinyal mengadopsi Moving Block yaitu sistem persinyalan kereta terbaru dan pertama diterapkan pada LRT di Indonesia.
Kemudian, GOA 3 Driverless Grade of automation (GOA) yang diterapkan pada LRT Jabodebek merupakan kereta yang tidak menggunakan masinis (driverless) serta untuk menggerakan dan stop kereta dapat dilakukan secara otomatis. Lainnya, Sandwich Panel yaitu desain stasiun yang futuristik dengan inovasi bahan baku berkonsep ramah lingkungan yang dapat memberi keamanan ekologis, serta higienis bagi manusia.
Saat ini sebanyak 11 rangkaian dari total 31 rangkaian LRT telah dikirim oleh PT INKA (Persero) untuk dilakukan pengujian.
Pembangunan LRT Jabodebek merupakan salah satu proyek strategis nasional, yang mulai dikerjakan oleh PT Adhi Karya sejak September 2015. Nilai proyek ini diestimasi sebesar Rp22,8 triliun terdiri dari dua tahap pengerjaan.
LRT Jabodetabek tahap kedua terdiri dari tiga lintas lanjutan yakni Dukuh Atas – Senayan, Cibubur – Bogor, dan Palmerah – Grogol, dengan total panjang jalur sepanjang 39 Km yang melintasi 8 stasiun.