Bisnis.com, JAKARTA — Industrial Development Report 2020 yang dirilis UNIDO mencatat Indonesia di urutan ke 38 dari total 150 negara dalam peringkat Competitive Industrial Performance (CIP) Index pada tahun 2019. Posisi Indonesia itu naik satu tingkat dibanding tahun sebelumnya yang menempati peringkat 39.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Dody Widodo mengatakan Indonesia masuk kategori Upper Middle Quintile dan memiliki peringkat lebih tinggi daripada India (peringkat ke-39), Filipina (peringkat ke-41), dan Vietnam (peringkat 43).
Oleh karena itu, pihaknya aktif memfasilitasi perluasan pasar industri nasional di kancah internasional melalui kerangka kerja sama yang komprehensif dengan negara-negara potensial.
“Upaya peningkatan daya saing industri kita salah satunya dapat dilakukan melalui pemanfaatan kerja sama internasional baik bilateral maupun multilateral, termasuk juga kerja sama Indonesia dengan UNIDO,” katanya melalui siaran pers, Kamis (12/11/2020).
Saat ini, kerja sama Indonesia-UNIDO yang diterapkan melalui dokumen Indonesia-UNIDO Country Programme 2016-2020 telah membantu Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional serta perkembangan industri dalam negeri.
Proyek-proyek kerja sama baik itu yang telah selesai maupun sedang berjalan, mampu memberikan dampak positif bagi industri di tanah air untuk mencapai kegiatan produksi yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Baca Juga
Selanjutnya, proyek-proyek kerja sama yang mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan industri dalam negeri tersebut membantu peningkatan kualitas dan kapasitas sehingga daya saingnya semakin meningkat.
“Salah satu proyek kerja sama Indonesia-UNIDO yang kami nilai cukup berhasil adalah program SMART Fish yang saat ini sedang dilanjutkan kepada tahap kedua,” sebut Dody.
Program SMART Fish tersebut fokus pada penguatan standarisasi produk perikanan serta rumput laut. Seperti diketahui, produk perikanan dan rumput laut merupakan basis bahan baku bagi industri makanan, minuman, kosmetik dan farmasi.
Melalui program SMART Fish, kekhawatiran akan kurangnya suplai dan masalah kualitas bahan baku dapat diatasi di masa yang akan datang.
Dody berharap, keberhasilan program kerja sama Indonesia-UNIDO dapat segera diikuti oleh basis input industri lain, seperti sektor kehutanan, tambang, dan peternakan, termasuk basis sektor jasa yang dapat mendukung proses industrialisasi dan penguatan ekspor.
"Dokumen Indonesia - UNIDO Country Programme 2016-2020 akan berakhir Desember ini. Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menyusun proyek-proyek yang lebih strategis, tepat sasaran, dan bermanfaat bagi industri dan perekonomian Indonesia,” tutur Dody.
Apalagi, seiring perkembangan revolusi industri 4.0, Indonesia akan membutuhkan proyek-proyek kerja sama yang dapat mengakselerasi penerapan teknologi industri 4.0. Selain itu, sesuai dengan strategi dan kebijakan Kemenperin, proyek-proyek tersebut diharapkan dapat berfokus pada pengembangan kualitas sektor IKM agar dapat menghasilkan produk berdaya saing tinggi sesuai kebutuhan di era industri 4.0.
“Kerja sama Indonesia-UNIDO bisa menjadi sarana industri dalam negeri untuk dapat mengakselerasi implementasi Industri 4.0. Oleh karena itu, sangat penting untuk kita, pemerintah, asosiasi, akademisi serta kalangan industri merumuskan bersama kebutuhan dan kepentingan industri untuk kemudian dapat diterapkan melalui proyek kerja sama Indonesia-UNIDO yang nantinya dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri,” pungkasnya.