Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengalami penurunan total pendapatan dari segmen operasi angkutan udara niaga berjadwal dan tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri hingga 65 persen pada kuartal III/2020 menjadi US$1,1 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu mencapai US$3,194 miliar.
Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra menjelaskan pendapatan konsolidasi GIAA terdiri atas operasi penerbangan, jasa pemeliharaan pesawat, serta operasi lainnya. Operasi penerbangan mencakup operasi angkutan udara niaga berjadwal dan tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri.
Sementara itu jasa pemeliharaan pesawat meliputi Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga. Selanjutnya operasi lainnya yang mencakup jasa penunjang operasional angkutan udara niaga, meliputi jasa catering dan jasa ground handling, jasa layanan, jasa sistem informasi dan jasa lainnya baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga.
“Secara berurutan, pendapatan maskapai pelat merah dari segmen operasi tersebut hingga kuartal III/2020 adalah senilai US$1,1 miliar, US$132,417 juta serta US$ 276,9 juta,” jelas Irfan dikutip dari laporan keuangan konsolidasi, Rabu (11/11/2020).
Khusus untuk segmen operasi penerbangan terdapat empat rute domestik yang menjadi sumber pendapatan utama yakni Jakarta, Surabaya, Makassar, serta Medan. Masing-masing berkontribusi senilai US$856,338 juta, US$59,926 juta, US$39,966 juta, dan US$24,337 juta.
Pendapatan geografis tersebut juga merosot signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, di antaranya untuk wilayah Jakarta turun sebesar 64,5 persen dari sebelumnya mencapai US$2,4 miliar, kemudian Surabaya merosot 79 persen dari sebelumnya mencapai US$285,369 juta, lalu Makassar turun 77 persen dari sebelumnya US$175,543 juta, serta Medan turun 77 persen US$106,042 juta.
Baca Juga
Sementara untuk rute internasional terdapat 5 rute yakni Tokyo, Sydney, Amsterdam, Shanghai, dan Singapura. Masing-masing pada kuartal III/2020 sebesar US$69,983 juta, US$33,496 juta, US$24,252 juta, US$18,954 juta, US$11,515 juta.
Pendapatan rute internasional juga anjlok masing–masing secara berurutan 74,89 persen dibandingkan dengan posisi kuartal III/2019 senilai US$278,81 juta, selanjutnya anjlok 65 persen dibandingkan dengan posisi kuartal III/2019 senilai US$96,338 juta atau turun 68,5 persen dibandingkan dengan posisi kuartal III/2019 senilai US$77,090 juta, Shanghai turun 72 persen dari sebelumnya US$69,307 juta, terakhir Singapura turun 69 persen dari sebelumnya US$37,467 juta.
Irfan menjabarkan guna keberlangsungan usaha kedepannya, Garuda telah menerima pinjaman modal kerja ekspor senilai Rp1 triliun dari LPEI dalam rangka program Penugasan Khusus Ekspor. Selain itu, terdapat komitmen penyaluran dana dukungan kepada maskapai dari pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 72/2020 sebagai bagian dari pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional.