Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 memaksa perilaku dan gaya hidup masyarakat bergerak semakin cepat ke arah digital. Transformasi ini pun dinilai memiliki potensi yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun sayangnya, akses terhadap teknologi digital di Indonesia masih belum merata meski animo masyarakat terhadap teknologi digital sangat tinggi.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng saat memberikan keynote speech dalam acara peluncuran Indonesia Fintech Society (Ifsoc) secara virtual, Senin (9/11/2020).
Sugeng menyoroti, kualitas sinyal dan akses internet masih belum merata sehingga pemanfaatan digitalisasi ini pun masih menjadi tantangan dalam mendorong ekonomi.
"Masih banyak wilayah Indonesia yang belum terjangkau sinyal internet atau blankspot, ada 30 persen wilayah Indonesia yang perlu penguatan akses Internet," jelasnya.
Padahal, potensi dari ekonomi dan keuangan digital sangat besar, tercermin dari transaksi pada e-commerce yang tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19.
BI mencatat, volume transaksi e-commerce pada September 2020 mencapai sebanyak 150,16 juta transaksi, meningkat 79,38 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari 83,71 juta transaksi pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara secara bulanan, volume transaksi e-commerce masih mengalami pertumbuhan 1,7 persen month-to-month (mtm) dibandingkan dengan Agustus 2020 yang tercatat mencapai 147,66 juta transaksi.
Tak hanya itu, nilai transaksi e-commerce pada September 2020 juga mengalami peningkatan sebesar 13,3 persen yoy, dari Rp19,46 triliun pada September 2020 menjadi Rp22,05 triliun.
Sementara secara bulanan, nilai transaksi tersebut meningkat 0,44 persen mtm, dari Rp21,95 triliun pada Agustus 2020.