Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Petrokimia Proyeksi Minus 2,5 Persen

Pelaku industri petrokimia tahun ini diproyeksi akan minus 2,5 persen dengan berbagai tekanan daya beli akibat pandemi Covid-19.
Pabrik Chandra Asri Cilegon. Nilai investasi di sektor industri kimia tercatat Rp6,04 triliun hingga kuartal II/2020. /Antara
Pabrik Chandra Asri Cilegon. Nilai investasi di sektor industri kimia tercatat Rp6,04 triliun hingga kuartal II/2020. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja produksi industri petrokimia tahun ini diproyeksi akan minus 2,5 persen dengan berbagai tekanan daya beli akibat pandemi Covid-19.

Adapun sebelum Covid-19 menyerang, pabrikan melalui Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia memperkirakan sepanjang 2020 industri petrokimia mampu tumbuh menjadi 5,2 persen atau sedikit memperbaiki perolehan kinerja 2019 yang hanya tumbuh 5 persen.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan menuju pengujung tahun ini sebenarnya sejumlah industri hilir seperti otomotif, makanan, dan minuman menunjukkan perbaikan. Hanya di industri tekstil yang masih belum membaik.

"Rerata utilisasi di hulu sekitar 85 persen karena olefin sudah 95 persen. Namun, karena tekstil belum naik di aromatik utilisasi hanya sekitar 60 persen. Jadi, dengan sedikit penguatan kami optimistis tahun ini akan minus 2,5 persen," katanya kepada Bisnis, Selasa (3/11/2020).

Fajar pun meirinci permintaan untuk packaging saat ini sudah bagus sekali atau naik hingga 50 persen. Porsi total penjualan untuk industri makanan dan minuman pun tercatat sebesar 40 persen.

Permintaan yang meningkat juga terjadi pada produk non-woven yang digunakan sebagai bahan baku APD dan masker. Dengan demikian, per September Inaplas mencatat kegiatan ekspor sudah mulai direm untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat dalam negeri.

Sementara pelemahan permintaan masih terjadi untuk produk yang umumnya dipakai dalam acara helatan akbar seperti pesat dan pariwisata. Khususnya untuk industri air minum dalam kemasan yang belum terlalu bagus.

Sisi lain, Fajar menilai, saat ini pelaku industri juga masih dikhawatirkan akan adanya dampak demonstrasi dan libur panjang. Untuk itu, peninjauan peningkatan kasus Covid-19 pada pertengahan bulan ini sangat penting diperhatikan.

"Kalau dua minggu lagi kasus semakin terkendali artinya akan lebih bagus lagi apalagi jika vaksin yang awal Desember dijanjikan bisa dimulai," ujar Fajar.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat hingga kuartal II/2020, pertumbuhan sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional mencapai 8,65 persen.

Adapun pada 2019, bersama dengan industri di sektor kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT), sektor tersebut berkontribusi kepada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp265 triliun.

Nilai investasi di sektor industri kimia tercatat Rp6,04 triliun hingga kuartal II/2020. Dengan semua indikator tersebut, pemerintah menilai bahan kimia merupakan komoditas yang sangat strategis dan menentukan arah kebijakan terutama di bidang ekonomi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper