Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Perpanjang Fasilitas GSP, Pelaku Usaha 'Happy'

GSP merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah AS kepada importir yang akan mendatangkan barang dari negara-negara penerima manfaat.
Bendera Amerika Serikat/WallpaperCave
Bendera Amerika Serikat/WallpaperCave

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku usaha menyambut positif keputusan Amerika Serikat yang memperpanjang status Indonesia sebagai penerima fasilitas tarif preferensi umum (Generalized System of Preferences/GSP).

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengemukakan perpanjangan kebijakan keringanan bea masuk tersebut bakal menjaga daya saing produk Indonesia. Saat ini, fasilitas tersebut mencakup 3.572 pos tarif produk .

“Dampaknya tentuk baik untuk ekspor komoditas Indonesia ke AS karena menjadi lebih kompetitif,” kata Benny kepada Bisnis, Minggu (1/11/2020).

Benny menjelaskan GSP sejatinya merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah AS kepada importir yang akan mendatangkan barang dari negara-negara penerima manfaat. Dengan GSP, pemerintah memberikan sejumlah insentif bagi importir sehingga mereka tak perlu merogoh kocek untuk bea masuk.

“Kalau di Indonesia seperti bea masuk ditanggung pemerintah,” lanjutnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Azis Pane menyebutkan berlanjutnya pemberian fasilitas GSP menjadi angin segar bagi ekspor produk karet yang sempat tertekan dihantam pandemi. AS sendiri menjadi salah satu destinasi ekspor utama untuk produk karet.

Data yang dihimpun pemerintah menunjukkan bahwa produk karet menjadi salah satu ekspor dengan pemanfaatan GSP terbesar. Sampai Agustus 2020, ekspor matras berbahan karet dan plastik mencapai US$185 juta. Sementara ekspor ban penumatik radial mencapai US$82 juta.

“Kami menyambut baik hal ini karena Amerika merupakan pasar yang potensial. Ekspor sempat turun pada awal pandemi tetapi cepat pulih,” kata Azis.

Dia pun menjelaskan keberlanjutan fasilitas ini datang bersamaan dengan momentum meningkatnya permintaan produk ban dari Indonesia menyusul tuduhan dumping yang dikeluarkan AS kepada produk ban yang diproduksi perusahaan China yang merelokasi pabrik dari sejumlah negara seperti Vietnam, Thailand, dan Korea Selatan.

“Kami sempat khawatir ban produksi negara tersebut akan membanjiri Indonesia, tapi sebaliknya ekspor kami ke Amerika menunjukkan performa positif. Pasarnya sangat menjanjikan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper