Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Covid-19, Serapan Karet Alam Mengendur

Pemangku kepentingan industri pengguna karet satu suara : serapan karet alam pada 2020 akan mengendur. Adapun, pandemi Covid-19 dinilai menjadi pendorong utama penurunan serapan tersebut.
Seorang pekerja menyortir lump karet (pembekuan getah karet secara alami) hasil dari Perkebunan Ngobo Afdeling Klepu PT Perkebunan Nusantara IX di Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (14/9/2020). ANTARA FOTO/Aji Styawan
Seorang pekerja menyortir lump karet (pembekuan getah karet secara alami) hasil dari Perkebunan Ngobo Afdeling Klepu PT Perkebunan Nusantara IX di Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (14/9/2020). ANTARA FOTO/Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemangku kepentingan industri pengguna karet satu suara : serapan karet alam pada 2020 akan mengendur. Adapun, pandemi Covid-19 dinilai menjadi pendorong utama penurunan serapan tersebut.

Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) mendata serapan karet alam pada 2019 mencapai 711.360 ton atau naik 6,97 persen secara tahunan. Tiga industri utama penyerap karet alam pada tahun lalu adalah industri ban (260.160 ton), alas kaki (103.400 ton), dan vulkanisir ban (97.700 ton).

"Demand itu, bagaimana pun [caranya, tetap] kecil. Saya sudah bilang, [industri ban hanya bisa] 60 persen produksi [dari kondisi normal], turun [produksi industri ban] 40 persen [artinya]," kata Ketua Umum Dekarindo Azis Pane kepada Bisnis, Kamis (22/10/2020).

Dengan kata lain, serapan karet alam oleh industri ban pada 2020 hanya akan mencapai 156.096 ton. Namun demikian, Azis mendata tren kenaikan penggunaan ban vulkanisir akan membuat volume produksi industri ban vulkanisir naik 20% hingga akhir tahun.

Realisasi serapan karet alam oleh industri ban vulkanisir mencapai 97.700 ton pada 2019 atau tumbuh 4,88 persen dari realisasi tahun sebelumnya. Adapun, konsumsi tersebut lebih besar dari gabungan konsumsi industri sarung tangan karet dan ban roda dua pada tahun yang sama.

Sementara itu, jumlah produksi ban vulkanisir pada 2019 naik tipis 0,99 persen menjadi 20,9 juta unit. Utilisasi industri ban vulkanisir konsisten berada di level 80 persen walau jumlah produksi tetap tumbuh lantaran kapasitas terpasang industri terus tumbuh sekitar 2,94 per tahun selama 2014-2019.

"Selama ini salah satu saingan mereka adalah ban bus dan truk dari China karena murah. [Harga] ban vulkanisir [bus dan truk] misalnya Rp1,8 juta per unit, ban dari China itu kena Rp2,2 juta," ucapnya.

Oleh karena itu, Azis meramalkan serapan karet oleh industri nasional setidaknya akan turun 12,06 persen secara tahunan menjadi 626.836 ton. Penurunan tersebut membuat realisasi serapan karet akan lebih rendah dari tahun 2016 atau sebanyak 632.700 ton.

Selain karena rendahnya permintaan, Azis menduga rendahnya serapan karet alam pada 2020 juga disebabkan oleh naiknya harga karet per Agustus 2020. Menurutnya, harga karet alam maksimum hanya menyentuh level Rp6.500 per Kilogram.

Namun demikian, angka tersebut naik ke level Rp8.000 per Kilogram pada Agustus 2020 dan menjadi Rp9.000 Kilogram per September 2020. Dengan kata lain, harga karet setidaknya telah naik 38,46 persen pada Maret-September 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper