Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Energi atau subholding hulu Pertamina terus berupaya melakukan sejumlah penyesuaian guna mengantipasi fluktuasi harga minyak.
Hal itu merujuk kembali merosotnya harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada September 2020 yang menyentuh US$37,43 per barel setelah sempat merangkak naik pada periode-periode sebelumnya.
Corporate Secretary Peretamina Hulu Energi Whisnu Bahriansyah menjelaskan bahwa penurunan ICP akan memberi dampak terhadap pencapaian kinerja hulu migas.
Kendati demikian, PHE telah mempersiapkan beberapa strategi untuk mengantisipasi dengan melakukan upaya efisiensi dan optimasi melalui berbagai cara.
"Dari sisi prosedur, negosiasi nilai kontrak kepada mitra, maupun penerapan teknologi yang optimal. Hal ini diharapkan dapat mengurangi biaya operasional tanpa mengurangi aspek keselamatan," katanya kepada Bisnis, Selasa (13/10/2020).
Dia menambahkan bahwa tekanan yang berat terhadap industri hulu migas terjadi beberapa waktu lalu, ketika ICP terjun di level US$20 per barrel hingga di bawah itu.
Baca Juga
Kondisi itu membuat kondisi industri hulu migas semakin menantang mengingat nilai keekonomian lapangan-lapangan migas yang dikelola berbeda-beda.
"Dengan nilai ICP saat ini, memang harus dilakukan beberapa penyesuaian dan upaya maksimal diberbagai aspek agar target profit tetap dapat dicapai," katanya.
Jika mengacu data PHE, pada 2020 produksi migas ditargetkan mencapai 880.000 barel ekuivalen minyak per hari yang terdiri atas produksi minyak 412.000 barel per hari (bph) dan gas 2.710 juta kaki kubik per hari (MMscfd).
Per Agustus 2020, realisasi produksi minyak tercatat sebesar 414.000 bph dan gas 2.670 MMscfd atau 98,5 persen dari target. Produksi migas ini diperoleh dari aset Pertamina di dalam negeri dan luar negeri.
Dari blok migas domestik, produksi minyak ini tercatat 314.000 bph atau melebihi target 310.000 bph, dan produksi gas 2.402 atau sedikit di bawah target 2.403 MMScfd.
Sementara itu, dari aset migas di luar negeri, PHE membukukan produksi minyak sebesar 100.000 bph atau sedikit di bawah target 102.000 bph, sedangkan produksi gas 268 MMscfd atau 87,3% dari target 307 MMScfd.
Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Budiman Parhusip mengatakan bahwa perusahaan terus berupaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan tahun ini.
Perseroan tengah memperkuat sinergi bisnis antar anak usaha hulu yang sudah dilakukan melalui facility sharing agreement.
Upaya tersebut didorong melalui operational excellence tanpa batas melalui integrasi studi, subsurface, operasi, komersialisasi, SDM maupun pengadaan dari masing-masing regional.
"Melalui regionalisasi diharapkan dapat meningkatkan sinergi dan fleksibilitas operasi bagi bisnis hulu Pertamina ke depan," katanya.