Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi masih belum menentukan pengaruh penurunan harga minyak yang kembali terjadi.
Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan bahwa kendati pergerakan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) kembali di bawah US$40 per barel, pihaknya masih melihat tren ke depannya.
Menurutnya, berdasarkan analisis sejumlah analis harga minyak tahun ini masih diprediksi menunjukkan peningkatan walau akan bergerak secara lambat.
Berdasarkan data Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, rata-rata ICP dari Januari 2020—September 2020 bergerak di bawah level US$40 per barel yakni US$39,80 per barel.
"Jadi, masih terlalu awal memastikan apakah penurunan harga yang saat ini terjadi akan berpengaruh pada realisasi investasi," katanya kepada Bisnis, Kamis (8/10/2020).
Susana menuturkan pergerakan harga minyak dampaknya bisa kepada seluruh aspek yang ada di hulu migas bergantung pada berapa lama tren harga tersebut terjadi.
Baca Juga
Jika pergerakan pelemahan harga minyak hanya sebentar, pengaruhnya hanya terbatas. Namun, apabila berlangsung lama, hal itu akan berdampak kepada realisasi investasi, penerimaan negara, dan juga kontraktor.
"Faktor harga itu salah satu faktor utama untuk menentukan besaran penerimaan," jelasnya.
Sebelumnya, Tim Harga Minyak Indonesia melaporkan ICP September turun sebesar US$4,2 per barel menuju level USS$37,43 per barel dari ICP Agustus yaitu US$41,63 per barel.