Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Konsumsi, Satgas PEN Sentil Uang Mengendap di Tabungan

Pertumbuhan tertinggi DPK terjadi pada kelompok dana di atas Rp5 miliar, yakni 15,2 persen yoy. Kemudian kelompok Rp500 juta hingga Rp1 miliar, 10,1 persen yoy.
Budi Gunadi Sadikin Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional/Kominfo
Budi Gunadi Sadikin Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional/Kominfo

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah upaya pemerintah mendorong konsumsi, simpanan di bank justru meningkat.

Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (Satgas PEN) pun mendorong masyarakat kelas menengah belanja dalam jaringan.

“Untuk teman yang kebetulan di kalangan menengah, yang bisa akses ke HP, ke toko-toko e-commerce, jangan lupa spend juga lewat e-commerce supaya ada perputaran roda ekonomi. Daripada itu ditabung terus tidak bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Ketua Satgas PEN Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (7/10/2020).

Budi memahami bahwa kepercayaan diri masyarakat untuk beraktivitas ke luar rumah belum pulih.

Oleh karena itu dia meminta semua elemen masyrakat menerapkan protokol kesehatan untuk mengendalikan penyebaran virus.

Pengendalian virus Corona akan meningkatkan rasa aman masyarakat.

“Tanpa adanya rasa aman ini, akan sulit ekonomi kita berputar secara normal kembali, apapun yang kita lakukan di bidang ekonomi,” kata Budi.

Budi mencatat bukan hanya orang kaya yang berkontribusi terhadap akselerasi pertumbuhan DPK tahun ini.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat bantuan pemerintah ada yang menjadi tabungan di bank.

Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, dana pihak ketiga (DPK) perbankan per Agustus 2020 naik 11,64 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 8,53 persen.

Menurut data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), pertumbuhan tertinggi DPK terjadi pada kelompok dana di atas Rp5 miliar, yakni 15,2 persen yoy. Kemudian kelompok Rp500 juta hingga Rp1 miliar, 10,1 persen yoy.

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani melaui akun Instagram miliknya menyampaikan bahwa pertumbuhan penempatan dana pada kelompok tertentu terjadi karena mereka yakin pandemi belum akan segera berakhir.

Dengan demikian dana darurat masih sangat diperlukan.

Aviliani juga menaruh fokus pada kelompok dana Rp5 miliar, yang pendapatannya tidak terdampak langsung pandemi Covid-19.

“Kelompok ini pendapatannya tidak terkena lansung dampak pandemi, tetapi lebih ingin mengamankan dana, serta masih mengurangi belanja kebutuhan sekunder,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper