Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia mencatat surplus 5,8 miliar euro dalam neraca perdagangannya dengan Uni Eropa selama 2019.
Data terbaru yang dilansir oleh Uni Eropa (UE) menyebutkan bahwa perdagangan barang bilateral antara UE dan Indonesia berjumlah 26,2 miliar euro pada tahun lalu, dengan ekspor UE senilai 10,2 miliar euro dan ekspor Indonesia senilai 16 miliar euro.
“Ini menjadikan UE sebagai mitra dagang terbesar ketiga untuk Indonesia, persis di belakang Amerika Serikat dan China, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke-31 dunia mitra dagang untuk UE dan mitra UE kelima di Asean," tulis UE dalam sebuah laporan bertajuk European Union Trade and Investment with Indonesia 2020.
Bagi UE, tulis laporan tersebut, Indonesia menempati urutan ke-29 sumber impor terbesar dan terbesar ke-33 tujuan ekspor pada 2019.
Perdagangan antara Indonesia dan UE saling melengkapi satu sama lain. Ekspor utama Indonesia ke UE adalah minyak sayur dan berbagai macam produk, sedangkan ekspor UE ke Indonesia terutama terdiri atas permesinan dan peralatan transportasi, bahan kimia dan manufaktur.
Baca Juga
Lebih dari setengah perdagangan UE-Indonesia terdiri atas barang setengah jadi. Sekitar 40 persen ekspor Indonesia ke UE berupa barang konsumen.
Dalam konteks regional, Indonesia adalah mitra dagang negara ke-5 UE di Asean, setelah Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Thailand.
Dalam 10 tahun terakhir, perdagangan barang antara negara-negara Asean dan UE hampir meningkat dua kali lipat, melebihi 240 miliar euro selama 2019. Mengingat Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di wilayah tersebut (terhitung lebih dari sepertiga dari PDB kawasan), tingkat perdagangan antara UE dan Indonesia jauh di bawah volume yang bisa diharapkan, tetapi masih banyak ruang untuk pertumbuhan.
Pada 2019, nilai ekspor UE ke Indonesia mencapai 10,2 miliar euro, naik 5 persen dibandingkan dengan 2018. Perinciannya, 91 persen berupa produk industri dan 9 persen produk pertanian.
Permesinan dan peralatan menyumbang 36 persen dari total ekspor selama tahun lalu atau 3,7 miliar euro, diikuti oleh peralatan transportasi (terutama untuk pesawat dan suku cadang) senilai 1,4 miliar euro dan produk kimia 1,4 miliar euro.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke UE pada 2019 yang mencapai 16 miliar euro, ternyata turun sebesar 3,5 persen dibandingkan dengan 2018. Hal itu dikarenakan harga komoditas yang rendah.
Perincian ekspor Indonesia ke UE adalah produk industri 72 persen, produk pertanian 26 persen, dan produk perikanan 2 persen.
Ekspor utama Indonesia ke UE adalah lemak hewan dan minyak nabati yang mengambil porsi 14 persen atau setara dengan 2,2 miliar euro, diikuti oleh permesinan dan peralatan 12,5 persen (2 miliar euro), dan produk industri kimia dan turunannya 11 persen (1,7 miliar euro).
Volume produk ekspor terbesar yakni minyak sawit meningkat sebesar 2 persen pada 2019. Bersama dengan kernel sawit dan biodiesel, seluruh rantai minyak sawit mencatatkan porsi 16 persen dari ekspor Indonesia ke UE pada 2019.