Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapal Penumpang Kebanyakan, Investasi Asing Tak Dibutuhkan

Indonesian National Shipowners' Association (INSA) menilai jumlah kapal penumpang sudah over supply, sehingga adanya investasi asing bisa berisiko merugikan industri.
Kapal Muatan Penumpang (KMP) yang melayani penyeberangan Banda Aceh-Sabang berada di kawasan pelabuhan Ulee Lheu yang mulai dangkal di Banda Aceh, Aceh, Selasa (21/11)./ANTARA-Irwansyah Putra
Kapal Muatan Penumpang (KMP) yang melayani penyeberangan Banda Aceh-Sabang berada di kawasan pelabuhan Ulee Lheu yang mulai dangkal di Banda Aceh, Aceh, Selasa (21/11)./ANTARA-Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha angkutan laut mengungkapkan jumlah kapal laut angkutan penumpang sudah terlalu banyak, sehingga mengakibatkan terjadinya over supply. Dengan demikian, tambahan investasi asing di pelayaran tak dibutuhkan.

Wakil Ketua Umum III DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Nova Y. Mugijanto mengatakan asas cabotage telah berdampak positif terhadap serapan tenaga kerja di industri pelayaran dan ekosistem industri di sekitarnya, seperti logistik, galangan, asuransi, klasifikasi Indonesia, industri komponen, konsultan desain kapal, lembaga sekolah dan pelatihan SDM pelaut dan lainnya.

"Atas dasar itu, relaksasi investasi asing di bidang kapal ro-ro penumpang justru akan berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup usaha kapal. Dengan demikian, bisa berisiko akan terjadi PHK massal baik di pelayaran maupun industri penunjangnya,” jelasnya, Rabu (30/9/2020).

Dia menjelaskan khusus kondisi bisnis kapal ro-ro penumpang saat ini sudah over supply, mengingat utilisasi kapal di bawah 50 persen. Kondisi ini semakin parah saat terjadi pembatasan pergerakan orang saat Covid-19.

Nova mencontohkan Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni yang sudah terlalu padat kapal yang beroperasinya. Sebelum pandemi Covid-19, jumlah kapal yang beroperasi di jalur penyeberangan Selat Sunda terlalu banyak, tidak sebanding dengan kapasitas dermaga di pelabuhan tersebut.

Sementara, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan Khoiri Sutomo mengatakan jumlah kapal yang beroperasi di rute Merak, Banten-Bakauheni, Lampung sebanyak 68 unit.

Adapun, jumlah dermaga yang siap dipakai hanya 6 pasang. Akibatnya, waktu operasi kapal per bulan hanya 12 hari. "Idealnya sepasang dermaga untuk 5 kapal plus 1 kapal cadangan. Berarti 6 kapal per dermaga, dikalikan 6 dermaga hanya ideal untuk 36 kapal saja," katanya.

Waktu operasi yang singkat tersebut membuat pengusaha kapal penyeberangan merugi. Pasalnya, terjadi pemborosan dari sisi bahan bakar dan sumber daya manusia.

Khoiri menerangkan, feri merupakan moda transportasi yang unik, karena sekalipun tidak beroperasi tetap membutuhkan biaya operasional. Biaya tersebut untuk menghidupkan genset dan operasional anak buah kapal. Ditambah lagi dengan perawatan (docking) yang dihitung berdasarkan tahun kalender dan bukan jam operasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper