Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan BBM Rendah, TPPI Genjot Produksi Aromatik 

Upaya menggenjot produksi aromatik ditujukan guna menekan impor. Indonesia masih membutuhkan produk aromatik dalam jumlah besar
TPPI Tuban/Istimewa
TPPI Tuban/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Trans-Pasific Petrohemical Indotama menggenjot produksi petrokimia dan aromatik di tengah rendahnya permintaan bahan bakar minyak di dalam negeri.

Erwin Widiarta, Operation Director (COO) TPPI menjelaskan, sejak kondisi pandemi Covid-19 pada April 2020, kilang TPPI yang dioperasikan PT Pertamina (Persero) diturunkan tingkat utilisasinya menjadi sekitar 50 persen.

Merespons kondisi pandemi yang menekan permintaan bahan bakar minyak (BBM),muncul inisiatif untuk meningkatkan produksi petrokimia dan aromatik.

Kendati harga produk aromatik sedang rendah, Indonesia masih membutuhkan produk aromatik dalam jumlah besar. Dengan demikian, upaya menggenjot produksi tersebut ditujukan guna menekan impor aromatik.

"Karena demand BBM turun maka TPPI itu doperasikan dengan kapasitas yang cukup rendah, sehingga kalau BBM-nya rendah sebenarnya kita bisa genjot produksi petrokimia dengan genjot aromatik, pasokan  BBM tetap tidak terganggu," kata Erwin kepada Bisnis, Kamis (24/9/2020).

Selain itu, TPPI tengah mengembangkan Proyek Revamping Platforming dan Aromatik dengan nilai investasi yang dikucurkan US$180 juta.

Erwin menjelaskan, sumber dana untuk investasi tersebut diserap dari fasilitas perbankan, internal TPPI, dan juga oleh Pertamina. 

"Kalau sumber biaya kombinasi kita mengusahakan pinjaman juga dari Pertamina dan dari hasil equity," ungkapnya.

Proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas platforming unit dari 50.000 barrel per hari menjadi 55.000 barrel per hari dan kapasitas produksi Paraxylene 600.000 ton per tahun menjadi 780.000 ton per tahun.

Presiden Direktur TPPI Yulian Dekri menyebutkan bahwa pekerjaan basic engineering design package (BEDP) yang sedang dikerjakan oleh UOP telah dimulai pada 27 Maret 2020. Pekerjaan itu akan selesai pada akhir September 2020.

Selain itu, pembangunan 5 tangki saat ini sedang dalam tahap pembangunan. Diperkirakan secara keseluruhan pembangunan tangki-tangki tersebut akan selesai pada pertengahan Desember 2021. 

Yulian menambahkan, pekerjaan revamping ini akan dilaksanakan pada awal 2022 bersamaan dengan pelaksanaan turn around, sehingga pada kuartal I/2022 diharapkan kilang sudah dapat beroperasi secara penuh. 

“Sementara itu, terkait dukungan TPPI untuk mengurangi produk impor paraxylene, TPPI sudah mulai mengoperasikan unit produksi Paraxylene sejak Agustus 2020 secara dual mode yang menghasilkan produk petrokimia dan produk BBM, dan akan ditingkatkan secara bertahap,” jelasnya.

Direktur Pemasaran TPPI Darius Darwis menambahkan kebutuhan domestik paraxylene saat ini sebesar satu juta ton per tahun. Pemasok dari dalam negeri selain TPPI hanya Kilang RU IV Pertamina yang mempunyai kapasitas produksi sekitar 200.000 ton per tahun.

Dengan demikian, selama TPPI tidak berproduksi, terdapat impor Paraxylene sekitar 800.000 ton per tahun. 

Untuk mengurangi impor Paraxylene pada tahun 2021, TPPI merencanakan memproduksi Paraxylene sebesar 280 ribu ton per tahun, sehingga total produksi Paraxylene dalam negeri menjadi 500 ribu ton per tahun. 

“Hal ini dapat mengurangi impor sejumlah 50 persen dari kebutuhan dalam negeri dan menurunkan current account deficit sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo saat mengadakan kunjungan ke TPPI tahun lalu,” ujar Darius.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik dan mendukung TPPI dalam melaksanakan proyek Revamping ini. Produk-produk petrokimia khususnya produk aromatik yang sangat dibutuhkan di dalam negeri dan diimpor oleh berbagai perusahaan di Indonesia.

“Dengan memenuhi kebutuhan impor Paraxylene tersebut, peran TPPI dalam mengurangi impor dan current deficit account Indonesia menjadi sangat signifikan, dan ini sangat baik untuk membangkitkan perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Sebelumnya, Pertamina juga menggenjot kualitas produksi petrokimia dari Kilang Plaju yang memiliki produk unggulan polypropylene (PP).

Kilang Polypropylene Plaju adalah satu-satunya kilang penghasil biji plastik yang dimiliki Pertamina. Kilang yang dibangun pada 1993 ini menghasilkan biji plastik berkualitas baik serta memiliki warna lebih jernih.

"Rata-rata produksi harian Refinery Unit III Plaju saat ini adalah 140 Ton atau 45.000 ton per tahun. Pada 2020 ini menargetkan untuk memproduksi Polytam High Grade [Polypropylene berkualitas tinggi[," ungkap Dewi Sri Utami, Region Manager Comm, Rel & CSR Sumbagsel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper