Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun pandemi menyebabkan ekonomi dunia terkontraksi, sejumlah pengelola keuangan di dunia tidak bisa diam saja membiarkan modal yang dimilikinya diam tak bergerak.
Beberapa di antara perusahaan pengelola kekayaan negara, Dana Pensiun, dan manajer investasi di Asia dan Eropa yang mengelola total aset US$3,4 triliun tetap memutarkan dana yang dimiliki untuk investasi.
Namun, yang pasti, semua perusahaan itu sama-sama menghindari investasi di pasar saham khususnya saham-saham mainstream yang sudah outperform.
Adapun, beberapa pengelola keuangan yang disurvei Bloomberg menyampaikan bahwa apresiasi pasar saham seperti di Amerika Serikat belakangan ini hanya dampak sementara dari pemangkasan suku bunga dan stimulus jumbo dari bank sentral maupun pemerintah.
Dalam beberapa bulan mendatang, diperkirakan perusahaan-perusahaan tercatat di bursa mana pun di dunia akan merasakan pukulan lebih lanjut selama pandemi belum berakhir.
Hal itu menjadi salah satu alasan pengelola kekayaan negara Singapura yaitu GIC Pte. memutuskan berinvestasi ke sektor peritel hingga infrastruktur yang layanan dan produknya banyak ditinggalkan selama pandemi.
Baca Juga
Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis pada akhir Juli 2020, GIC Pte. mengelola dana lebih dari US$100 miliar dan bahkan Sovereign Wealth Fund Institute mencatat dana kelolaan perseroan US$450 miliar yang menjadikannya pengelola kekayaan negara terbesar keenam di dunia.
Sepanjang tahun ini, GIC Pte. mengakuisisi 49 persen saham ADNOC Gas Pipelines senilai US$10,1 miliar.
Bulan lalu, perseroan mengalokasikan investasinya lewat kerjasama dengan perusahaan grup properti asal Australia yaitu Charter Hall mengakuisisi 200 toko peritel yang ada di sebelah pom bensin senilai US$500 juta.
CIO GIC Pte. Jeffrey Jaensubhakij bahkan menilai sektor jasa perhotelan juga dapat rebound ketika musim perjalanan kembali setelah pandemi.
“Ketika masalah virus selesai, perjalanan [traveling] akan kembali. Saat itu tiba, peluang besar ada di sektor perhotelan didukung oleh kenaikan permintaan setidaknya dari domestik,” kata Jaensubhakij seperti dikutip Bloomberg, Selasa (22/9/2020).
Deputy Head of European Equities Standard Life Aberdeen Plc. Will James menambahkan bahwa sektor penerbangan juga akan kembali rebound setelah pandemi berakhir.
Untuk sementara ini, perusahaan manajer investasi yang mengelola dana US$11 miliar tersebut lebih banyak mengalokasikan investasi ke saham perusahaan otomotif seperti Thule Group AG.
“Saham aviasi seperti Airbus SE akan pulih sangat agresif ketika vaksin ditemukan,” ujar Jamer.
Selain saham dari berbagai sektor yang sudah banyak ditinggalkan investor, Global CIO Fidelity International mengatakan surat utang korporasi khususnya dari sektor otomotif mulai menarik.
Pasalnya, produksi otomotif mulai meningkat dan masyarakat cenderung membeli mobil untuk menghindari keramaian saat menggunakan transportasi umum.
“Jika kita lihat spread kredit, angka-angka menunjukkan obligasi dari beberapa produsen mobil global sudah menarik,” katanya mengacu ke perusahaan seperti Ford Motor Co. dan Nissan Motor Co.