Bisnis.com, JAKARTA – Pasar perumahan Hong Kong mengalami pukulan hebat baru-baru ini, mulai dari tindakan pendinginan pasar, dampak dari protes kekerasan terkait UU Keamanan Nasional baru, perang perdagangan AS-China, hingga wabah Covid-19.
Harga properti residensial Hong Kong turun 2,64 persen sepanjang tahun hingga Q2 2020, setara dengan penurunan 2,44 persen tahun sebelumnya. Namun, secara triwulanan harga rumah naik 2,31 persen pada Q2 2020.
Selama dekade terakhir, harga properti residensial Hong Kong meroket 153 persen, disesuaikan dengan inflasi.
Sebaliknya, pendapatan riil hampir mandek di Hong Kong selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, Pemerintah Hong Kong bersandar pada kenaikan harga properti.
Pemerintah menaikkan bea materai untuk semua pembeli rumah kedua dan seterusnya—bukan rumah pertama—mulai November 2016 dan memotong pinjaman yang diizinkan untuk properti hunian dan komersial pada Mei 2017.
Pada Juni 2018, Kepala Eksekutif Carrie Lam mengungkapkan serangkaian tindakan pendinginan lainnya, termasuk pajak terhadap flat kosong.
Baca Juga
Pada paruh pertama 2020, jumlah penjualan primer di Hong Kong turun 48,9 persen y-o-y menjadi 6.410 unit dan nilai penjualan turun 49,2 persen y-o-y menjadi HK$69,53 miliar, menurut Departemen Pemeringkatan dan Penilaian (RVD).
Di pasar sekunder, jumlah penjualan turun 5,1 persen menjadi 20.867 unit pada semester I 2020 dari tahun sebelumnya, dan nilai penjualan turun 8,2 persen menjadi HK$168,69 miliar pada periode yang sama.
Konstruksi perumahan menurun. Pada 2019 penyelesaian turun sebesar 35 persen dari tahun sebelumnya, setelah y-o-y naik 18 persen pada 2018, 22 persen pada 2017, dan 29 persen pada 2016.