Bisnis.com, JAKARTA — Selama beberapa dekade, Thailand memiliki rencana ambisius untuk membuat kanal melalui titik tersempit di negara itu untuk menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik, melewati Selat Malaka dan berpotensi memangkas waktu perjalanan hingga 5 hari.
Rencana tersebut tidak pernah membuahkan hasil antara lain dikarenakan biaya yang besar dan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya. Namun, karena Selat Malaka yang menjadi jalur laut sempit antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura makin padat, Pemerintah Thailand meninjau kembali rencana jalan pintas yang menghubungkan kawasan Asia Pasifik dengan India dan Timur Tengah.
Untuk menghindari pengerukan kanal, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (14/9/2020), Pemerintah Thailand mengusulkan agar ada jalur alternatif melalui tanah genting selatan.
Thailand berencana membangun dua pelabuhan di bagian barat dan timur negara itu—satu di sisi Samudra Hindia dan satu lagi di sisi Pasifik—dan menghubungkan pelabuhan dengan jalan tol 100 kilometer dan jaringan kereta api untuk mengangkut barang di antara dua pelabuhan itu.
Negara ini sekarang sedang dalam proses menguji rencana tersebut.
Menteri Perhubungan Saksiam Chidchob mengharapkan supaya "jembatan darat" ini dapat memangkas waktu pengiriman setidaknya 2 hari dan menghindari padatnya Selat Malaka.
Baca Juga
Jalan pintas tersebut menunjukkan ambisi Thailand untuk menjadi pusat transportasi dan logistik di kawasan itu, sebuah gagasan yang didukung oleh lokasinya di tengah-tengah daratan Asia Tenggara.
Rencana lainnya termasuk jaringan kereta api dan jalan raya yang menghubungkan negara-negara tetangga, kota penerbangan yang mendukung koridor industrinya, dan jaringan kereta api berkecepatan tinggi yang direncanakan yang menghubungkan China ke Singapura melalui Ibu Kota Thailand, Bangkok.