Bisnis.com, PALEMBANG – Ekspor bubur kertas yang diproduksi PT OKI Pulp & Paper tercatat telah berkontribusi sebesar 36 persen dari ekspor nonmigas Sumatra Selatan pada Agustus 2020.
Staf Public Affair Dept PT OKI Pulp & Paper, Afris, mengatakan anak perusahaan Sinar Mas Grup tersebut tetap beroperasi dan melayani permintaan pasar di tengah pandemi Covid-19.
“Kami tetap berproduksi meskipun saat pandemi sempat ada beberapa negara yang lock down sehingga kami tidak bisa lakukan itu [ekspor],” katanya di sela-sela acara rilis BPS Sumsel, selasa (15/9/2020).
Namun demikian, Afris memastikan permintaan produk bubur kertas (pulp) maupun tisu dari pasar kini telah membaik. Hal tersebut juga tecermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel yang menunjukkan ekspor pulp mencapai US$115,71 juta pada Agustus 2020. Angka tersebut naik dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$98,83 juta.
Diketahui, pabrik OKI Pulp & Paper yang berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) tersebut secara bertahap meningkatkan ekspornya sejak mulai beroperasi pada 2017. Apalagi, kata dia, perusahaan juga telah menyiapkan sejumlah strategi bisnis dengan melakukan penambahan kapasitas pabrik baik untuk pulp dan tisu.
“Kami juga bakal menambah hilirisasi produk, seperti tisu, ivory paper, mechanical pulp dan printing paper,” katanya.
Baca Juga
Berdasarkan catatan, OKI Pulp&Paper Mills dibangun dengan investasi sebesar Rp40 triliun dengan target mengekspor 2 juta ton pulp dan 500 ribu ton tisu dengan nilai mencapai 1,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp20 triliun pada tahun pertama.
Untuk meningkatkan kinerja penjualannya, OKI Pulp And Paper belum lama ini telah mengoperasikan pelabuhan barang khusus bongkar muat produk tisu di Tanjung Tapa, Kabupaten OKI. Pelabuhan ini dibangun dengan menelan dana US$200 juta atau senilai Rp2,8 triliun.
Sementara itu, Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih mengatakan komoditas pulp dan kertas tisu telah masuk dalam 5 komoditas andalan ekspor nonmigas Sumsel sepanjang Januari--Agustus 2020.
“Peringkat pertama masih dipegang karet dengan share sebesar 34,34 persen baru disusul bubur kayu/pulp,” katanya.
Menurut Endang, jika industri pulp dapat mengembangkan hilirisasi produk maka dipastikan akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut.