Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi investasi Indonesia pada semester awal baru mencapai 49,3 persen atau Rp402,6 triliun dari total target tahun ini sebesar Rp817,2 triliun.
Artinya, pemerintah perlu mengejar Rp414,6 triliun dana investasi pada sisa dua kuartal terakhir tahun ini.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan bahwa tren investasi sudah menunjukkan angka negatif sejak awal tahun sebelum pandemi Covid-19 masuk ke Tanah Air.
Pada kuartal I/2020 total penanaman hanya tumbuh 1,2 persen dibandingkan periode sebelumnya. Sementara triwulan II anjlok -8,9 persen.
Menurutnya, kondisi ini membuat Indonesia tidak masuk tujuan investasi saat banyak perusahaan besar yang berlokasi di China pindah kantor. Enny mencatat selain pandemi, utamanya adalah regulasi yang tidak ramah investor.
Di sisi lain, penyebaran Covid-19 tidak menunjukkan penurunan. Padahal negara lain sudah mulai melandai. Faktor tersebut bisa menjadi acuan investor untuk menaruh uang.
Baca Juga
Padahal, investor melihat dua hal apabila ingin menanamkan modal. Semuanya adalah potensi keuntungan dan potensi resiko.
“Sekalipun profitnya di Indonesia tinggi tapi resikonya besar, orang akan mundur,” katanya saat dihubungi, Senin (14/9/2020).
Enny menjelaskan bahwa dengan kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus dalam bentuk pembebasan sewa lahan atau pengurangan pajak, itu tidak akan terlalu berpengaruh.
Kasus positif yang terus bertambah membuat pengusaha tidak menarik berinvestasi. Apalagi bagi investor asing yang bisa menghadapi kendala, ketika negaranya melarang kunjungan ke Indonesia.
“Jadi harus diletakkan proporsional. Jangan salahkan PSBB [pembatasan sosial berskala besar]. Salahkan penanganan Covid-19 yang masih sembarangan, tidak serius, dan tidak komprehensif sehinga masih fluktuatif,” jelasnya.