Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Senior Tegaskan Demokrasi Indonesia Belum Sejahterakan Masyarakat

Hal itu diungkapkan oleh ekonom senior Didik Rachbini dalam buku terbarunya berjudul Musuh Bangsa Bernama Kesenjangan Sosial yang diteritkan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan diluncurkan, Kamis (10/9/2020).
Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kadin Indonesia Didik J. Rachbini. /Bisnis.com
Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kadin Indonesia Didik J. Rachbini. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA- Jalan demokrasi yang ditempuh oleh Indonesia tidak serta merta membawa kesejahteraan bagi masyrakat sehingga mesti diperjuangkan.

Hal itu dituangkan oleh ekonom Didik Rachbini dalam buku terbarunya berjudul Musuh Bangsa Bernama Kesenjangan Sosial yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan diluncurkan, Kamis (10/9/2020).

Menurut Didik, buku ini merupakan buah dari pemikirannya yang menyimpulkan bahwa mengurai bahwa demokrasi khususnya di Indonesia, belum bisa mengentaskan kesenjangan sosial di tengah masyarakat.

Hal ini dikarenakan demokrasi hanya dijalankan secara prosedural yang ditandai dengan pemilihan wakil rakyat dan kepala negara, namun tidak menyentuh substansi yakni membawa kesejahteraan bagi masyarakat secara luas.

Menurutnya, banyak negara menganut paham demokrasi, namun kesenjangan sosial terbilang yang tertinggi di dunia seperti di India yang menasbihkan diri sebagai negara demokrasi tapi kesenjangan sosialnya tinggi.

Demokrasi, katanya, perlu diadakan tapi tidak cukup dan tidak otomatis membawa kesejahteraan kepada masyarakat sehingga harus berjuang. 

Selain itu, dalam bukunya Didik juga menyinggung tentang partai politik yang tidak memainkan peran dalam mengatasi kesenjangan sosial sehingga partai mesti direformasi. Jika hal itu tidak mampu dilakukan, maka bangsa Indonesia akan mengalami masalah besar seperti yang terjadi di Filipina dan Amerika Latin. 

“Seperti zaman Marcos di Filipina, atau di Amerika Latin, setelah demokrasi muncul lagi tokoh-tokoh politik yang dinilai menyelamatkan rakyat, menjadi ratu adil, kemudian menjadi diktator,” tutupnya.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa yang menyempatkan diri berpartisipasi dalam peluncuran buku tersebut mengatakan bahwa meski dia belum membaca buku tersebut, namun dirinya meyakini buku tersebut mengurai berbagai pemikiran Didik Rachbini tentang ekonomi dan politik yang pantas untuk dijadikan referensi bagi siapapun.

“Selamat atas terbitnya buku tersebut,” ujarnya singkat.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper