Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi mengemukakan penurunan ekonomi pada kuartal III/2020 menjadi tak terhindari dengan pemberlakuan PSBB ketat mulai 14 September mendatang.
Dia menyebutkan penurunan terjadi karena dampak rem berupa pembatasan aktivitas bakal lebih cepat terjadi dibandingkan dengan gas pemulihan ekonomi yang cenderung berjalan lambat.
Hal ini setidaknya terlihat dari performa ekonomi nasional yang beranjak pulih dan membutuhkan waktu lama sejak PSBB DKI Jakarta memasuki masa transisi pada Juni.
“PSBB dimulai 14 September artinya setengah bulan sudah ditarik turun. Ngerem itu lebih cepat drop-nya daripada saat kita melepas gas. Pemulihan perlu waktu, tapi rem membuat ekonomi langsung drop,” kata Hariyadi kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).
Meski demikian, Hariyadi mengaku pelaku usaha tak memiliki banyak pilihan karena kebijakan ini hadir sebagai upaya pencegahan wabah yang lebih parah. Dalam hal ini, dia menilai penanganan kesehatan tetap perlu menjadi prioritas.
“Tinggal bagaimana kesehatan kesehatan ini ditangani serius. Ekonomi mungkin akan banyak tertekan karena tidak semua sektor bisa beralih ke online atau bergerak dengan remote working,” lanjut Hariyadi.
Senada, Wakil Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani pun mengatakan bahwa PSBB bukanlah kondisi ideal bagi pelaku usaha karena mematikan aktivitas serta menekan permintaan masyarakat.
Kondisi ini dirasa sulit karena pada masa transisi pun pelaku usaha sudah berupaya keras untuk mempertahankan eksistensi seiring dengan menipisnya modal.
Shinta mengaku khawatir pelaku usaha sektor riil, terutama yang berskala mikro dan kecil menengah bakal banyak yang mati karena tidak bisa bertahan.
Hal lebih parah akan terjadi apabila PSBB diberlakukan dalam waktu yang lama dan tak diiringi dengan hasil penanganan Covid-19 yang memuaskan. Selain itu, angka pengangguran di sektor informal disebutnya bisa meningkat lebih banyak ke depannya.
“Khususnya di sektor informal, yang menyerap lebih dari separuh tenaga kerja nasional, akan meningkat lebih cepat. Namun, pada saat yang sama kami juga memahami urgensi kebijakan ini terhadap pengendalian Covid-19,” kata Shinta.