Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia dan Afrika Selatan Gali Potensi Kerja Sama Bidang Perfilman

Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Salman Al Farisi menilai film merupakan alat penting bagi soft diplomacy.
Dubes Ri Untuk Afsel Merangkap Botswana, Swaziland, Dan Lesotho, Salman Al Farisin (kiri) seusai pelantikan di Istana Negara oleh Presiden Jokowi/Antara
Dubes Ri Untuk Afsel Merangkap Botswana, Swaziland, Dan Lesotho, Salman Al Farisin (kiri) seusai pelantikan di Istana Negara oleh Presiden Jokowi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Afrika Selatan tengah menggali peluang kerja sama di bidang perfilman seiring dengan besarnya potensi ekonomi dari sektor tersebut.

Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Salman Al Farisi menilai film merupakan alat penting bagi soft diplomacy.

"Film juga memiliki potensi besar terhadap perekonomian lantaran dapat membuka lapangan kerja dari berbagai sektor ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung," kata Salman seperti dikutip dari siaran pers, Senin (31/8/2020).

Adapun, KBRI Pretoria dan KJRI Cape Town telah menggelar diskusi virtual dengan judul Getting Behind The Scene: Dialogue On Indonesia And South Africa Film Industry, From Friendship To Cooperation pada 27 Agustus 2020.

Dialog virtual ini diadakan bersama oleh KBRI Pretoria dan KJRI Cape Town dengan menghadirkan narasumber dari kedua negara, Produser film Indonesia Lala Timothy, Produser film asal Afrika Selatan Layla Swart, Direktur Industri Kreatif bidang Film Televisi dan Animasi, Kemenparekraf Syaifullah, Monitoring and Evaluation Manager, National Film and Video Foundation Afrika Selatan Terrence Khumalo dan lainnya.

Sebagai salah satu pasar terbesar di Asia dan didaulat sebagai salah satu produsen film paling potensial di kawasan Asia Pasifik, Indonesia memiliki potensi besar sebagai partner kerja sama Afrika Selatan.

Terjalinnya hubungan persahabatan panjang antara Indonesia dan Afrika Selatan, di bawah kerangka kerja sama Selatan - Selatan dapat dimanfaatkan untuk mendorong kerja sama di dalam mengembangkan industri perfilman kedua negara.

Produser film asal Afrika Selatan Layla Swart mengatakan industri perfilman Afrika Selatan merupakan salah satu industri perfilman tertua di dunia. Perkembangan industri perfilman Afrika Selatan terbagi menjadi dua bagian yakni penyediaan kru film servicing untuk produksi besar dari Eropa dan Amerika dan pembuatan film lokal.

Sebagai penyedia film servicing, Afrika Selatan menjadi lokasi pilihan berbagai film blockbuster seperti Avengers, Blood Diamod dan Mad Max.

Terkait hal ini, pemerintah Afrika Selatan telah menjalin kerja sama produksi bersama dengan 10 negara dan menyediakan bantuan pendanaan bagi pembuat film lokal.

Adapun bagi pembuat film dari luar negeri akan diberikan insentif berupa rebate yang membuat filmnya di Afrika Selatan.

Selain itu, Afrika Selatan juga memiliki fasilitas studio berkelas dunia dan memberikan kemudahan dalam hal perijinan kepada para pembuat film.

Hal ini membantu menjadikan Afrika Selatan sebagai pilihan lokasi pembuatan film berbagai studio film dari Eropa dan Amerika dan membantu perekonomian Afrika Selatan.

“Sekitar 5,6 milyar rand (Rp4,8 triliun rupiah) pendapatan yang diperoleh Afrika Selatan melalui film," ujar Video Foundation Afrika Selatan Terrence Khumalo.

Bila dibandingkan dengan Afrika Selatan, Produser film Indonesia Lala Timothy menyatakan Indonesia juga tidak kalah.

“Kelebihan dari industri perfilman Indonesia adalah di Indonesia banyak tersedia orang berbakat," kata Timothy.

Namun, belum tersedianya skema insentif bagi para pembuat film lokal atau bagi studio film dari luar masih menjadi kendala. Direktur Industri Kreatif bidang Film Televisi dan Animasi, Kemenparekraf Syaifullah menyatakan maraknya pembajakan film, kurangnya infrastruktur dan teknologi pendukung pembuatan film juga turut menghambat perkembangan industri perfilman Tanah Air.

Kerja sama bilateral dengan negara lain, seperti Afrika Selatan, utamanya terkait investasi, produksi bersama, dan pemasaran serta distribusi film menjadi bagian dari rencana perkembangan industri perfilman yang tengah dirancang oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Kendati pendanaan masih kurang, media digital video on demand, seperti Netflix, Goplay, Viu, Mola TV, dan Disney plus, industri perfilman di Indonesia dan Afrika Selatan mulai beralih memasuki area baru di arena small screen.

Dengan adanya hubungan bilateral yang baik antar kedua negara, Indonesia dan Afrika Selatan diharapkan dapat membuat perjanjian kerja sama seperti di bidang produksi film bersama.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper