Bisnis.com, JAKARTA--Kepala Badan Litbang ESDM Dadan Kusdiana mengatakan energi baru terbarukan (EBT) seharusnya memiliki kelas yang sama dengan energi lainnya, terutama dari sisi keandalan. Melalui jaringan cerdas, PT PLN dapat memproyeksikan dan memperkiraan kebutuhan EBT secara tepat.
Hal ini di sampaikan seusai menandatangani nota kesepahaman antara Badan Litbang ESDM dan Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) tentang Kerja Sama Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan, Senin (24/8/2020).
Dadan mengapresiasi inisiasi PJCI untuk bekerja sama dalam pengembangan EBT menggunakan jaringan cerdas (smart grid), termasuk penerapan prinsip cerdas dalam pengekolaan energi, serta pengelolaan efisiensi energi dan sistem monitoringnya. Dengan jaringan PJCI yang luas, diharapkan kerja sama ini juga akan mendorong munculnya entrepreneurship.
“Ini sejalan dengan arahan Menteri ESDM Arifin Tasrif karena entrepreneurship memainkan peran penting dalam perkembangan sektor ESDM”, kata Dadan, dikutip dari laman Balitbang ESDM, Senin (24/8/2020).
Selama ini masih ada keraguan dalam penggunaan energi terbarukan dalam skala besar. Namun, saat ini sudah dapat terjawab oleh negara maju. Dadan mencontohkan pada 2015, Jerman baru menggunakan 30 persen energi terbarukan. Namun dalam 5 tahun, mereka dapat meningkatkan penggunaan EBT hingga 50 persen untuk memenuhi kebutuhan listrik.
Kerja sama Badan Litbang ESDM dengan PJCI meliputi beberapa ruang lingkup meliputi riset, pengembangan, dan pemanfaatan teknologi jaringan cerdas, pengkajian tekno ekonomi, kebijakan dan regulasi ketenagalistrikan, serta energi baru terbarukan terkini.
Baca Juga
Selama bekerja sama Badan Litbang ESDM dan PJCI melakukan optimalisasi dan implementasi dalam pemanfaatan hasil penelitian serta pengembangan teknologi ketenagalistrikan dan energi baru terbarukan.
Kedua pihak juga berupaya meningkatkan kompetensi dan keahlian sumber daya manusia dan/atau lembaga, penyediaan tenaga ahli, dan tukar-menukar informasi dan ilmu pengetahuan dalam upaya pengembangan teknologi ketenagalistrikan dan energi baru terbarukan.
Pendiri Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) Eddie Widiono mengatakan teknologi smart grid sangat penting dalam meningkatkan penggunaan EBT di Indonesia.
"Seluruh dunia saat ini sedang mengalami revitalisasi energi dan Indonesia di posisi 67 dari 115 negara yang melakukan transisi energi. Kita harus mempercepat prosesnya agar dapat meningkatkan kapasitas EBT," kata Eddie.
Ketua Umum PJCI Ikhsan Assaad menambahkan untuk mempercepat target bauran energi 23 persen, pemerintah telah melakukan berbagai hal. Salah satunya, adalah pembangunan PLTS terapung dan saat ini telah dibangun PLTS terapung di Waduk Cirata berkapasitas 145 MW dan ditargetkan dapat dilanjutkan ke waduk-waduk lainnya.
Pemanfaatan bekas lahan tambang untuk PLTS dan biomassa untuk menggantikan batubara di PLTU PLN juga diharapkan dapat meningkatkan persentase EBT.
Ikhsan menekankan pengembangan EBT tidak hanya dikerjaan oleh pemerintah dan PLN, tetapi juga membutuhkan peranan praktisi energi dengan berbagai keahlian. Oleh karena itu, PJCI turut berkontribusi dalam pembangunan energi di Indonesia.
Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia adalah perkumpulan para pakar yang bergerak dalam pengembangan jaringan listrik pintar. Kegiatan difokuskan pada jaringan listrik yang menggunakan digital dan teknologi canggih lainnya untuk memantau dan mengelola pengangkutan listrik dari sumber pembangkit untuk memenuhi kebutuhan listrik pengguna akhir yang bervariasi.