Bisnis.com, JAKARTA - Ladang pembangkit listrik tenaga angin terbesar di dunia miliki perusahaan asal Swedia, Vattenfall, siap dilego.
Juru bicara Vattenfall menyebut, perseroan utilitas tersebut dikabarkan telah menyewa penasihat keuangan untuk menjual sebagian dari pengembangan ladang angin Hollandse Kust Zuid sebesar 1.500 megawatt di lepas pantai Belanda.
Ladang pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas yang bisa mengaliri jutaan rumah bisa menjadi sangat menarik bagi pereusahaan energi global yang ingin merubah portofolio perusahaannya.
"Salah satu landasan strategi pertumbuhan Vattenfall adalah mencari calon investor untuk menyeimbangkan biaya investasi yang sangat besar dari aset masa depan kami. Kami baru dalam proses awal untuk menarik calon mitra atau investor,” kata juru bicara itu seperti yang dikutip Bloomberg, Sabtu (22/8/2020).
Vattenfall menyebutkan masih terlalu dini untuk mengomentari ukuran pasak. Perusahaan membuat keputusan investasi akhir pada proyek tersebut pada bulan Juni dan berencana untuk memulai konstruksi tahun depan untuk menyelesaikan ladang angin pada 2023.
Investor menyukai ladang angin lepas pantai bukan hanya karena profil hijau dalam portofolio bisnis, tetapi juga return yang stabil yang dijamin oleh subsidi pemerintah.
Baca Juga
Namun, ladang angin raksasa Vattenfall tidak akan mendapat dukungan pemerintah untuk listrik yang akan dijualnya. Hal tersebut menjadi salah satu tantangan dalam penawaran proyek raksasa dalam proyek tanpa subsidi itu.
Permintaan akan portofolio bisnis energi hijau semakin meningkat di tengah berfluktuasinya harga minyak dunia.
Kendati harga investasi yang biasanya dikucurkan untuk proyek-proyek energi hijau tidak memberikan return yang lebih pasti, tapi bisa menjadi salah satu pilihan yang baik bagi perusahaan-perusahaan energi global.
Beberapa produsen minyak terbesar di Eropa saat ini tengah fokus untuk meningkatkan bauran energi hijau dalam portofolio bisnis mereka.
Tahun ini perusahaan minyak asal Prancis, Total, membeli ladang angin yang sebagian besar tidak bersubsidi yang sedang dibandung di Inggris. Sementara itu, Royal Dutch Shell Plc memenangkan lelang untuk membangun ladang angin lepas pantai Belanda yang tidak bersubsidi.