Bisnis.com, JAKARTA - Penundaan berbagai proyek konstruksi oleh pemerintah maupun sektor swasta diduga menjadi faktor utama rendahnya konsumsi semen per Juli 2020.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata penurunan produksi semen selama Januari-Juli 2020 disebabkan oleh penurunan semen curah. Dengan kata lain, konsumsi semen dalam pembangunan infrastruktur dan proyek strategis turun drastis.
"Penurunan permintaan semen curah sampai dengan Juli 2020 turun sekitar 21 persen atau turun sekitar 2 juta ton. Adapun, [konsumsi semen] untuk konstruksi properti turun sekitar 4,5 persen atau turun sekitar 1,17 juta ton," ujar Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Selasa (18/8/2020).
Pembangunan properti yang dimaksud adalah konstruksi apartemen dan pusat-pusat pemberlanjaan. Dengan demikian, konsumsi semen di hampir seluruh wilayah mengalami kontraksi yang cukup dalam.
Widodo mendata konsumsi semen nasional per Juli 2020 anjlok 16,3 persen secara tahunan menjadi 5,3 juta ton. Realisasi tersebut merupakan yang terburuk selama 7 bulan pertama 2020.
Widodo menilai penurunan produksi semen curah tersebut disebabkan oleh penundaan pembangunan infrastruktur dan proyek strategis pada Juli 2020. Namun demikian, Widodo memahami penundaan pembangunan tersebut lantaran pemerintah masih fokus menangani pandemi Covid-19.
Baca Juga
"Walau memang ada kenaikan tipis 10 persen terhadap Juni 2020, penurunan konsumsi semen curah [per Juli 2020 secara tahunan] cukup besar atau turun 38 persen," ucapnya.
Widodo berharap pembangunan perumahan dan infrastruktur segera bangkit pada Agustus 2020. Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja di bidang konstruksi yang sudah cukup lama stagnan dapat kembali tumbuh.
Sebelumnya, Widodo menyatakan konsumsi semen pada tujuh bulan terakhir 2020 harus tumbuh positif secara tahunan agar produksi semen dapat tetap tumbuh positif pada akhir tahun. Pasalnya, lanjutnya, produksi semen akan terkontraksi sekitar 4 persen jika konsumsi pada Juni-Desember stagnan.
Adapun, realisasi konsumsi semen pada Juni 2020 tumbuh hampir 30 persen secara tahunan. Dengan kata lain, ancaman koreksi 4 persen terhindar.
Walakin, penurunan konsumsi pada Juli yang mencapai 15,1 persen secara tahunan membuat ancaman kontraksi produksi pada akhir 2020 menjadi pasti. Widodo meramalkan produksi semen selama 2020 akan anjlok lantara konsumsi selama Januari-Juli lebih rendah 2,33 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Widodo memprediksi produksi semen akan merosot lebih dari 5 persen jika konsumsi selama 5 bulan terakhir tidak membaik. Adapun, jika realisasi konsumsi Agustus-Desember dapat sama dengan tahun lalu dan konsumsi pasar global bisa meningkat hingga 1 juta ton selama 5 bulan terakhir 2020, produksi semen masih akan terkoreksi 3 persen secara tahunan.