Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Properti Melambat, Pengembang Diversifikasi Produk & Cara Bayar

Tren harga properti residensial diperkirakan terus melambat hingga akhir tahun ini. Pengembang pun memilih melakukan diversifikasi produk ke level yang harganya lebih terjangkau.
Warga melintas di proyek perumahan di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Rabu (27/5/2020)./Bisnis/Abdurachman
Warga melintas di proyek perumahan di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Rabu (27/5/2020)./Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Tren harga properti residensial bakal terus melambat hingga akhir tahun ini, kata CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda.

Dia mengatakan hal itu dikarenakan menurunnya pembeli dari segmen end user yang cenderung memilih menahan diri demi mengamankan pemenuhan kebutuhan hidupnya di tengah kondisi ekonomi yang terguncang akibat wabah Covid-19.

"Harga akan terus melambat sampai akhir tahun," ujarnya di Jakarta kepada Bisnis pada Rabu (12/8/2020).

Oleh karena itu, para pengembang terus melakukan diversifikasi produk ke harga unit yang lebih rendah dan dengan strategi cara bayar yang lebih fleksibel. "Saat ini bukan momen untuk menaikkan harga terlalu tinggi."

Namun, situasi harga properti yang tengah melambat ini merupakan suatu hal yang positif bagi para investor maupun end user yang memerlukan rumah.  "Dengan kondisi ini pun sebenarnya investor sudah mendapatkan harga yang bagus," ucap Ali.

Marketing Director Agung Podomoro Group Agung Wirajaya mengatakan saat ini terjadi pergeseran kemampuan masyarakat untuk membeli. Kemampuan masyarakat menengah bergeser ke menengah bawah, sedangkan untuk masyarakat menengah atas bergeser ke menengah.

"Justru karena kita lihat pergeseran ini, daya beli ini tetap ada. Hanya bergeser. Dalam kondisi seperti ini kami tidak bisa diam saja, kami terus mencari celah dan opportunity agar kami bisa survive dan memberikan kesempatan kelas menangah untuk mempunyai rumah yang layak," tuturnya.

Direktur PT Ciputra Development Tbk. Harun Hajadi berpendapat harga properti residensial yang tengah menurun ini mengindikasikan bahwa demand sedang agak menurun.

"Kita pengembang ya tetap harus ada penjualan, dengan cara belum menaikkan harga dulu," ujarnya.

Namun demikian, ada beberapa kota yang masih tumbuh penjualan rumahnya seperti Medan dan Semarang.

Menurut Harun, minat pembelian properti saat ini tergantung KPR. Masalah utama sektor properti itu adalah kemampuan membeli. Tanpa KPR, kemampuan membeli properti menjadi rendah sekali. Oleh karena itu, para pengembang sangat ketergantungan dengan KPR. "Kalau KPR-nya mandek, pengembang mati."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper