Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buka Kembali Sektor Pariwisata, Bali Bisa Jadi Tolak Ukur

Lembaga penelitian sosial, Blackbox Research menemukan bahwa 73 persen orang Indonesia ingin melakukan perjalanan domestik dalam 12 bulan ke depan.
Tanah Lot di Bali/Istimewa
Tanah Lot di Bali/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga penelitian sosial, Blackbox Research menemukan bahwa 73 persen orang Indonesia ingin melakukan perjalanan domestik dalam 12 bulan ke depan.

Chief Operating Officer Blackbox Research mengatakan bahwa baru-baru ini pemerintah membuka kembali pintu pariwiata Bali untuk pengunjung domestik dan dengan rencana untuk menyambut tamu internasional pada bulan September nanti.

“Hal ini menjadi pertanda positif mengingat Bali baru-baru ini dibuka kembali untuk pariwisata domestik pada 31 Juli, yang telah melihat peningkatan bertahap dalam kedatangan domestik karena pengunjung berbondong-bondong kembali ke pulau resor terkenal,” tuturnya lewat rilis resminya, Kamis, (6/8).

Dia mengatakan bahwa minat daerah dan sentimen warga untuk memulai kembali pariwisata lokal cukup menggembirakan.

Namun, dia mengungkapkan bahwa mengingat Indonesia saat ini melaporkan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara, serta awal yang sulit selama tahap awal pandemi, mendapatkan kembali kepercayaan wisatawan akan menjadi kunci pemulihan industri.

Sardana mengklaim bahwa studi mereka telah memperkuat fakta bahwa pariwisata internasional merupakan pilar penting bagi perekonomian Indonesia. Menurutnya, sebagian besar operator siap untuk memulai kembali, dengan protokol keselamatan dan kebersihan terpasang dengan baik.

“Setelah menetapkan tujuan ambisius untuk membuka kembali Bali bagi pengunjung internasional pada 11 September, pemerintah Indonesia perlu memainkan peran kunci dalam meyakinkan wisatawan dari seluruh dunia bahwa perjalanan yang aman ke tujuan yang mereka inginkan. Ini mungkin berarti mengembangkan pesan baru untuk mempromosikan aset dengan lensa keamanan," ujarnya.

Dia meyakini bahwa pembukaan wisata di Bali dalam beberapa bulan ke depan akan menjadi sangat penting. Menurutnya, operator perjalanan lokal dan bisnis perlu memanfaatkan kesempatan untuk membangun reputasi yang kuat dalam keselamatan dan kebersihan dengan turis domestik.

 “Jika berhasil, Bali akan menjadi studi kasus bagi pemerintah Indonesia dalam mengembangkan serangkaian persyaratan untuk diikuti oleh daerah lain di negara ini. Pembukaan kembali Bali akan menjadi ujian lakmus untuk Indonesia, dan akan sangat mempengaruhi upaya negara untuk menyegarkan kembali pariwisata secara keseluruhan," ucapnya.

Dia menyebutkan bahwa secara keseluruhan, perjalanan liburan internasional dalam jangka pendek tidak sesuai jadwal bagi kebanyakan orang, dengan 44 persen responden masih ingin menghindari liburan internasional.

“Khususnya, orang Jepang (32 persen), Filipina (42 persen), Selandia Baru (43 persen), dan Australia (52 persen) paling tidak ingin melakukan perjalanan jarak jauh. Australia dan Jepang muncul sebagai dua tujuan paling populer bagi pelancong Asia, sementara Spanyol berada di urutan teratas daftar pelancong Eropa mengingat kasus Covid-19 Juni mereka mengalami tren penurunan,” ujarnya.

Selain itu, dia menjelaskan bahwa secara global, 80 persen bersedia membayar lebih untuk akomodasi yang lebih aman, dan 74 persen bersedia membayar premi yang lebih tinggi untuk asuransi perjalanan sebagai imbalan perlindungan terhadap pandemi.

“Sebanyak 66 persen lebih memilih untuk bepergian dengan kendaraan mereka sendiri untuk perjalanan darat antar kota atau negara, dibandingkan dengan bepergian dengan pesawat (18 persen), menyewa mobil atau taksi (9 persen), dan bus dan kereta api (7 persen),” ujarnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa ke depan para pelancong global mengharapkan terdapat ide baru yang diterapkan untuk wisata secara global.

“Penelitian ini menemukan bahwa tiket masuk elektronik (44 persen), toilet tanpa sentuhan (43 persen), perjalanan tanpa kontak dari bandara ke hotel (40 persen), tidak ada lagi kursi tengah dalam transportasi (36 persen), dan paspor kesehatan digital (35 persen) adalah beberapa ide baru yang diharapkan para pelancong global untuk diterapkan dalam waktu dekat,” ungkapnya.

Sekedar informasi, Blackbox Research dan Dynata melakukan survei perwakilan nasional secara daring dengan total sampel sebanyak 10.195 di 17 negara, berusia antara 25 hingga 65 tahun. Pengambilan sampel acak berstratifikasi diterapkan di seluruh variabel kunci demografis dan geografis untuk memastikan cakupan yang representatif. Survei dilakukan pada Juni 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper