Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Masa Pandemi, ExxonMobil dan Chevron Fokus Jaga Kegiatan Operasi

Exxonmobil Indonesia dan Chevron Pasific Indonesia punya cara masing-masing menjaga kinerja di tengah pandemi Covid-19
Fasilitas produksi Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia, Minas, Riau.Dok: SKK Migas
Fasilitas produksi Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia, Minas, Riau.Dok: SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Selama pandemi Covid-19, ExxonMobil Indonesia dan PT Chevron Pasific Indonesia tengah fokus untuk menjaga kegiatan operasionalnya agar kinerja keuangan perusahaan tidak menyusut.

Azi N. Alam, Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia menjelaskan, pihaknya terus berupaya menjaga kegiatan operasional perseroan selama masa pandemi.

Kendati porsi terbesar untuk pendapatan perseroan berada di sektor hulu, pihaknya tetap menggenjot kinerja bisnis di sektor hilir.

Adapun, di sektor hulu, pihaknya mengelola wilayah kerja Blok Cepu di Lapangan Banyu Urip. Selain itu, ExxonMobil Indonesia mengelola Lapangan Kedung Keris, Jawa Timur.

Di sektor hilir, ExxonMobil Indonesia mengelola bisnis pelumas Mobil1, bisnis bahan bakar minyak (BBM), dan juga pada bisnis petrokimia.

Azi mengatakan, kegiatan operasional perusahaan dengan tetap memastikan keselamatan dan kesehatan karyawan, serta pelanggan.

"Usaha hulu dan hilir kami terus berjalan sembari memastikan operasi yang aman dan andal," katanya kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).

Sementara itu, dalam keterangan resminya, CEO Chevron Corporation Michael K. Wirth, pihaknya mengapresiasi keberhasilan seluruh pekerja yang bisa menjaga operasi hulu berjalan dengan aman dan andal selama masa pandemi.

Pasalnya, dengan tantangan untuk memobilisasi orang dan peralatan, bekerja dari rumah, pihaknya tetap bisa bangkit untuk menjaga pasokan energi guna menopang pemulihan ekonomi global.

Selain itu, Michael mengatakan, untuk melalui masa sulit ini, Chevron fokus pada kegiatan-kegiatan yang masih bisa dikendalikan secara internal.

"Kegiatan kami lebih mengarah kepada nilai dan prioritas keuangan untuk jangka panjang untuk melindungi dividen, investasi jangka panjang, dan neraca keuangan yang kuat," ungkapnya.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020, Chevron Corporation mencatatkan rugi senilai US$4,67 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mengantongi laba senilai US$6,95 miliar.

Sektor hulu Chevron mencatatkan kerugian US$3,16 miliar sepanjang enam bulan di tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu yang mengantongi profit US$6,6 miliar. Sementara itu, di sektor hilir hanyan mengatongi US$93 juta dibandingkan dengan tahun lalu US$981 juta.

Sementara itu, ExxonMobil Corporation melaporkan sepanjang semester I/2020 mencatatkan rugi senilai US$1,69 miliar, catatan itu berbanding terbalik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan laba senilai US$5,48 miliar.

Exxonmobil melaporkan, kondisi oversupply di dunia dan Covid-19 yang berdampak pada permintaan komoditas energi mendorong rugi senilai US$1,1 miliar pada kuartal II/2020.

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2014-2019 Arcanda Tahar menilai campuran portofolio bisnis di perusahaan minyak dan gas bumi bisa menjadi salah satu strategi untuk keluar dari krisis.

Arcanda berpendapat, kejadian pelemahanan harga minyak dunia dan pelemahan permintaan yang terjadi beberapa waktu lalu seiring dengan pandemi Covid-19 merupakan salah satu kejadian luar biasa.

Namun, pada dasarnya industri migas merupakan bisnis yang prinsipnya selalu berfluktuasi, sehingga seharusnya sudah ada mitigasi untuk melalui masa buruk.

Menurut dia, campuran portofolio bisnis antara di hulu dan di hilir perlu diseimbangkan oleh perusahaan-perusahaan migas.

Pasalnya, dalam keadaan harga minyak yang melejit atau melemah, salah satu dari dua sisi bisnis tersebut ada yang bisa mendulang profit lebih baik.

Arcandra mengatakan, tren tersebut sudah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan migas besar berskala global seperti Shell, dan Chevron.

Selain itu, tren tersebut sudah mulai diaplikasikan pada perusahaan-perusahaan migas pada level menengah guna mengantisipasi masa sulit.

"Maka company yang kuat, seimbang antara hulu hingga hilir. Perusahaan yang menengah pun kalau punya strategi bagus selain punya bisnis di hulu mereka juga mengantisipasi di hilir," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper