Bisnis.com, JAKARTA - Purchasing Managers Index (PMI) atau indeks manufaktur Indonesia tercatat 46,9 poin pada Juli atau mengalami kenaikan hampir delapan poin dari kinerja Juni 2020 sebesar 39,1 poin.
Sejak terpuruk pada Maret Lalu, kinerja manufaktur nasional belum kembali pada performa terbaiknya. Dalam rilis IHS Markit, penghambat perbaikan manufaktur nasional adalah penurunan yang lebih lanjut pada pengeluaran Juli, meski penurunannya paling lambat dibandingkan dengan empat lima bulan terakhir.
Volume produksi juga lebih rendah akibat dikaitkan dengan dampak buruk pandemi virus corona atau Covid-19 di sisi permintaan. Memang ada pertumbuhan permintaan, mengingat adanya pembukaan pabrik-pabrik seiring pelonggaran aktivitas di beberapa wilayah.
Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan indeks output, permintaan, dan ketenagakerjaan semuanya meningkat dari posisi terendah yang terlihat dari kuartal II/2020, terbantu oleh relaksasi penanganan Covid-19.
"Namun survei juga menunjukkan pemulihan yang menantang di depan. Perusahaan terus mengurangi lapangan kerja pabrik pada tingkat yang tajam dengan banyak perusahaan berusaha mengendalikan biaya dan berusayaa tetap layak," katanya, Senin (3/8/2020).
Dalam survei PMI, pelaku usaha optimistis memandang perbaikan kinerja setelah satu tahun mendatang. Diharapkan ada kenaikan output pada 12 bulan mendatang.
Baca Juga
Kepercayaan diri ini terutama didasarkan bahwa situasi Covid-19 akan membaik dalam beberapa bulan mendatang.
"Perlunya social distancing di tempat kerja dan perkumpulan publik, serta potensi lonjakan infeksi baru. Hal ini juga bisa menunda produksi dan penjualan lebih lanjut dari pemulihan ke tingkat pra-pandemi," tambahnya.