Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mulai merasakan peningkatan frekuensi penerbangan, tetapi masih berada di kisaran 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan perusahaan harus secepatnya melakukan pemulihan hingga bisa kembali kepada posisi tahun lalu. Pasalnya tahun lalu, emiten berkode saham GIAA telah mendulang kenaikan profit yang diharapkan berlanjut pada tahun ini.
Terlebih maskapai pelat merah tersebut juga telah merancang dan menyusun rencana kerja yang lebih baik pada tahun ini. Namun pandemi yang terjadi secara tiba-tiba memupuskan rencana tersebut.
“Kami mulai rebound, peningkatan penumpang dibandingkan 2019 baru di kisaran 20 persen. Hal ini mengharuskan secepatnya recovery posisi 2019. Sudah naik profit masuk Januari,” jelasnya.
Hingga Juni 2020, maskapai pelat merah tersebut mencatatkan frekuensi penerbangan hingga 1.476 penumpang dengan penerbangan regular. Kemudian sebanyak 138 penumpang dengan penerbangan charter.
Kemudian, untuk penerbangan domestik selama periode Maret hingga Juni 2020 terdapat total 739.717 penumpang sedangkan untuk rute internasional tercatat sebanyak 140.271 penumpang.
Baca Juga
Irfan menyebutkan penurunan pendapatan paling berat terjadi pada Mei 2020. Namun, sejak Juni kondisi itu mulai berubah ke arah positif. Meski begitu, dia menyatakan bahwa peningkatan tersebut masih di bawah ekspektasi perseroan. Menurutnya, masih ada ruang untuk terus menggenjot proses pemulihan pendapatan.
“Buat saya ini masih terlalu lamban, ini yang mau kami dorong terus supaya membaiknya [pendapatan] lebih agresif, supaya kurvanya lebih meningkat,” imbuhnya.
Dia menjelaskan hal itu dilakukan melalui dua strategi utama, yakni menggenjot penerbangan pesawat penumpang, khususnya di ranah domestik, dan penerbangan kargo.