Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Garuda Indonesia Klaim Jumlah Penumpang Baru 20 Persen

Garuda Indonesia mulai merasakan peningkatan kinerja sektor penerbangan kendati jumlah penumpang baru 20 persen dari periode tahun lalu.
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pilot dan kru pesawat memberi penghormatan terakhir kepada pesawat Garuda Boeing 747-400 di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Tangerang, Banten, Senin (9/10)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mulai merasakan peningkatan frekuensi penerbangan, tetapi masih berada di kisaran 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan perusahaan harus secepatnya melakukan pemulihan hingga bisa kembali kepada posisi tahun lalu. Pasalnya tahun lalu, emiten berkode saham GIAA telah mendulang kenaikan profit yang diharapkan berlanjut pada tahun ini.

Terlebih maskapai pelat merah tersebut juga telah merancang dan menyusun rencana kerja yang lebih baik pada tahun ini. Namun pandemi yang terjadi secara tiba-tiba memupuskan rencana tersebut.

“Kami mulai rebound, peningkatan penumpang dibandingkan 2019 baru di kisaran 20 persen. Hal ini mengharuskan secepatnya recovery posisi 2019. Sudah naik profit masuk Januari,” jelasnya.

Hingga Juni 2020, maskapai pelat merah tersebut mencatatkan frekuensi penerbangan hingga 1.476 penumpang dengan penerbangan regular. Kemudian sebanyak 138 penumpang dengan penerbangan charter.

Kemudian, untuk penerbangan domestik selama periode Maret hingga Juni 2020 terdapat total 739.717 penumpang sedangkan untuk rute internasional tercatat sebanyak 140.271 penumpang.

Irfan menyebutkan penurunan pendapatan paling berat terjadi pada Mei 2020. Namun, sejak Juni kondisi itu mulai berubah ke arah positif. Meski begitu, dia menyatakan bahwa peningkatan tersebut masih di bawah ekspektasi perseroan. Menurutnya, masih ada ruang untuk terus menggenjot proses pemulihan pendapatan.

“Buat saya ini masih terlalu lamban, ini yang mau kami dorong terus supaya membaiknya [pendapatan] lebih agresif, supaya kurvanya lebih meningkat,” imbuhnya.

Dia menjelaskan hal itu dilakukan melalui dua strategi utama, yakni menggenjot penerbangan pesawat penumpang, khususnya di ranah domestik, dan penerbangan kargo.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper