Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Libur Panjang Iduladha Diprediksi Sepi Penumpang, Ini Alasannya!

Institut Studi Transportasi menjelaskan alasan libur panjang Iduladha tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kenaikan jumlah penumpang transportasi darat.
Suasana sepi di area keberangkatan antar kota Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Jumat (24/4/2020). Pengelola Terminal Pulogebang menutup operasional layanan bus antar kota antar provinsi (AKAP) mulai 24 April 2020, setelah berlakunya kebijakan larangan mudik dari pemerintah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Suasana sepi di area keberangkatan antar kota Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Jumat (24/4/2020). Pengelola Terminal Pulogebang menutup operasional layanan bus antar kota antar provinsi (AKAP) mulai 24 April 2020, setelah berlakunya kebijakan larangan mudik dari pemerintah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Libur panjang yang bertepatan dengan Iduladha dinilai tidak akan meningkatkan aktivitas transportasi masyarakat karena masih adanya rasa khawatir akan tertular Covid-19 saat bepergian.

Pendiri Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menilai tidak akan ada lonjakan pemudik di masa libur panjang dan Iduladha ini, karena masih terhambat oleh persyaratan dan di daerah-daerah ada kecenderungan tertutup terhadap pendatang dari luar terlebih yang datang dari zona merah.

"Saya kira belum akan ada lonjakan karena yang mau mudik juga berpikir ulang soal keselamatan mereka. Saat ini yang harus diantisipasi adalah di rest area jangan sampai terjadi penumpukan," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (28/7/2020).

Menurutnya, okupansi penumpang angkutan umum tidak akan meningkat signifikan tetapi lonjakan kendaraan pribadi di jalan raya mungkin terjadi. Hingga saat ini dari operator AKAP, tingkat keterisian penumpang baru 50 persen dan belum ada lonjakan pesanan tiket untuk liburan panjang.

Permintaan angkutan umum terangnya, masih jauh dari pulih ke kondisi normal, sebagian masyarakat masih berpikir tidak akan jalan jika tidak terlalu penting.

"Sisi menikmati perjalanan belum sepenuhnya diyakini aman untuk jarak jauh, meskipun sebenarnya jalan raya lebih tidak padat, sehingga travel time lebih bagus," paparnya.

Di sisi lain Ketua Bidang Advokasi Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan angkutan darat seharusnya berbenah dan mengembalikan protokol kesehatan sebagaimana sebelumnya.

"Pemeriksaan kesehatan moda darat harus diaktifkan kembali. Pasalnya, rapid test di terminal sudah tidak dilakukan, penyemprotan bus diserahkan pada operator, di terminal hanya dilakukan tes suhu badan," ujarnya kepada Bisnis.com.

Dia juga menegaskan perlunya pengetatan aktivitas bus agar seluruh armada yang beroperasi diwajibkan masuk terminal dan tidak menaikturunkan penumpang dari pul atau terminal bayangan. Pasalnya, hingga kini peluang penularan Covid-19 masih dapat terjadi di moda darat transportasi umum terutama yang sifatnya antar kota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper