Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PHRI: Permintaan Wisata Asing Masih Terkontraksi

Perhimpunan Pengusaha Hotel dan Restoran (PHRI) memperkirakan Indonesia kehilangan pendapatan domestik hingga US$4 miliar sejak Januari—April 2020.
Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memberikan penjelasan kepada wisatawan mancanegara terkait penutupan sementara objek wisata Pantai Batu Belig di Badung, Bali, Rabu (1/4/2020)/Antara-Fikri Yusuf
Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memberikan penjelasan kepada wisatawan mancanegara terkait penutupan sementara objek wisata Pantai Batu Belig di Badung, Bali, Rabu (1/4/2020)/Antara-Fikri Yusuf

Bisnis.com, JAKARTA – Perhimpunan Pengusaha Hotel dan Restoran (PHRI) memprediksi kontraksi permintaan dari wisatawan asing akan terus berlanjut hingga pandemi Covid-19 surut.

Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani mengatakan bahwa dampak Covid-19 terhadap pariwisata Indonesia akan pengunjung asing ke Indonesia telah berkurang secara signifikan.

“Jumlah pengunjung asing ke Indonesia pada kuartal I/2020 adalah 31 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” ungkapnya lewat diskusi virtual, Senin, (27/7/2020).

Dia pun menjelaskan dampaknya dari kontrasksi permintaan wisatawan asing terhadap industri pariwisata Indonesia, salah satunya adalah Indonesia kehilangan pendapatan domestik yang diprediksi sejak Januari—April 2020 hingga US$4 miliar.

“Lebih dari 2.000 hotel dan 8.000 restoran ditutup pada kuartal I/2020 dengan perkiraan kehilangan pendapatan Rp30 triliun [hotel] dan Rp40 triliun [restoran]. Maskapai penerbangan mencatat kerugian US$ 812 juta, dan operator tur mencatat kerugian sebesar Rp4 triliun,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan dampak lainnya berkorelasi terhadap jumlah pegawai. “Banyak karyawan yang cuti di luar tanggungan, karena perusahaan menunggu permintaan meningkat sebelum kembali beroperasi penuh. Perkiraan potensi pemberhentian massal 30 persen-40 persen pekerja di sektor pariwisata,” ungkapnya.

Dia menjelaskan bahwa untuk menciptakan permintaan kembali dan menggenjot sektor pariwisata kembali, dibutuhkan banyak peran dari setiap lapisan. Menurutnya, dari sisi pemerintah dibutuhkan subsidi berbasis uang tunai langsung dan jaring pengaman sosial untuk warga negara yang terkena dampak Covid-19.

Selain itu, pemerintah dapat melakukan peraturan yang menarik di investasi langsung, misalnya dana investasi real estate (DIRE) dengan pengurangan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari 5 persen menjadi 1 persen.

Hariyadi menyimpulkan bahwa permintaan dapat diciptakan kembali terutama melalui menciptakan rasa aman dan memastikan masyarakat umum bahwa pemerintah dan seluruh pihak telah menangani Covid-19 dikelola secara efektif.

Menurutnya, pariwisata domestik dengan 174 juta pelancong memiliki potensi signifikan untuk dikembangkan. Kemudian, wisata regional Asean dengan 49,7 juta wisatawan adalah pasar regional yang sangat menjanjikan.

“Pola pikir masyarakat Indonesia yang percaya diri dan positif dalam penanganan Covid-19 dan budaya yang terbiasa dengan interaksi sosial, merupakan dasar untuk pemulihan yang kuat dari sektor pariwisata. Dan optimalisasi platform digital dapat menjadi strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penjualan di sektor pariwisata,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper