Bisnis.com, JAKARTA - Satu-satunya solusi yang dapat membawa keluar Garuda Indonesia dari masa sulit ialah meningkatnya penumpang.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan bahwa pihak yang bisa menyelamatkan maskapai pelat merah tersebut dari situasi sulit akibat pandemi virus corona atau Covid-19 hanyalah penumpang.
Menurutnya, bantuan dari pemerintah berupa pinjaman senilai Rp8,5 triliun pun belum mampu menutupi dan bertahan dalam waktu jangka panjang.
“Saya selalu bicara kemana-mana yang bisa menyelamatkan Garuda dari situasi sekarang dan secepatnya bisa recover [pulih] adalah penumpang,” katanya, Jumat (24/7/2020).
Sebelumnya, Garuda mendapat dana talangan dengan skema mandatory convertible bond senilai Rp8,5 triliun dengan tenor tiga tahun guna membangkitkan kembali maskapai nasional itu dari keterpurukan selama pandemi.
Irfan mengatakan bantuan pemerintah sifatnya hanya sementara, dan untuk memastikan Garuda Indonesia dapat pulih adalah peningkatan jumlah penumpang.
Pihaknya mengklaim, bahwa protokol kesehatan sudah dijalankan dalam setiap penerbangan Garuda Indonesia.
“Garuda ngotot sekali memastikan tempat duduk tengah di kelas ekonomi kosong karena kita enggak mau persepsi publik soal perjalanan ini bermasalah. Konfigurasi tengah kosong. Kelas bisnis yang kursi dua-dua itu sendiri,” tambahnya.
Hingga Juni 2020, maskapai pelat merah tersebut mencatatkan frekuensi penerbangan hingga 1.476 penumpang dengan penerbangan regular. Kemudian sebanyak 138 penumpang dengan penerbangan charter.
Sementara, untuk penerbangan domestik selama periode Maret hingga Juni 2020 terdapat total 739.717 penumpang, sedangkan untuk rute internasional tercatat sebanyak 140.271 penumpang.