Bisnis.com, JAKARTA - Konsumsi domestik yang kuat dan derasnya investasi yang masuk membuat perekonomian China dapat tumbuh 2,5 persen hingga akhir tahun 2020.
Estimasi tersebut dikeluarkan oleh UBS Group AG,berdasarkan laporan dari Chief China Economist Wang Tao. Angka tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang menyatakan pertumbuhan ekonomi Negeri Panda itu berada di kisaran 1,5 persen.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (23/7/2020), perekonomian China diperkirakan akan naik 5,5 persen pada kuartall II/2020 dan 6 persen pada kuartal terakhir tahun 2020.
Menurut Wang Tao, performa ekspor China pada kuartal II/2020 berada diatas estimasi sejumlah pengamat. Performa tersebut ditambah dengan pemulihan pasar yang berjalan cepat membuat UBS Group juga menaikkan proyeksi inflasi China menjadi 2,5 persen dari sebelumnya 2,4 persen.
"Sektor properti kemungkinan akan mengalami pemulihan yang optimal dengan adanya pemulihan ekonomi dan kemudahan kredit," jelas Wang Tao dalam laporannya.
Sementara itu, ancaman pandemi virus corona baik di China maupun negara lain berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.Selain itu, China juga tengah dihadapkan dengan kondisi geopolitik yang memanas dengan Amerika serikat serta potensi pemisahan rantai pasokan global.
Baca Juga
"Tetapi, kebijakan makroekonomi China diperkirakan akan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi selama tahun 2020," demikian kutipan laporan tersebut.
Sementara itu, Oxford Economic juga merevisi target pertumbuhan ekonomi China ke angka 2,5 persen dari sebelumnya 2 persen. Meski demikian, China masih akan menghadapi sejumlah risiko seperti pembatasan ekspor apabila terjadi lonjakan kasus positif virus corona dan kondisi pasar modal yang dapat lesu.